Kompas TV travel jelajah dunia

Memanen Saffron, Rempah Termahal di Dunia

Kompas.tv - 15 November 2020, 23:29 WIB
memanen-saffron-rempah-termahal-di-dunia
Para petani Kashmir tengah memanen bunga saffron di Khrew, selatan Srinagar, India (31/10). (Sumber: AP Photo / Dar Yasin)
Penulis : Vyara Lestari

SRINAGAR, KOMPAS.TV – Dikeliling pegunungan rendah dan terhampar luas di ladang-ladang kecil nan subur, lautan bunga berwarna ungu bermekaran melambai ditiup angin di wilayah Kashmir di pegunungan Himalaya, India. Inilah cikal bakal rempah paling berharga di dunia: saffron.   

Dilansir dari Associated Press, pada akhir musim gugur, warga di wilayah Kashmir yang dihuni mayoritas muslim ini berlomba dengan waktu untuk memanen bunga saffron, atau crocus sativus, yang hanya mekar selama dua minggu dalam setahun. Kaum lelaki, perempuan dan anak-anak membungkuk selama berjam-jam demi memetik bunga rapuh ini dan meletakkannya ke dalam keranjang-keranjang anyaman.

Kaum lelaki, perempuan dan anak-anak memanen bunga saffron di Khrew, selatan Srinagar, India (31/10). (Sumber: AP Photo / Dar Yasin)

Selanjutnya, menggunakan tangan, mereka memisahkan lembaran-lembaran kelopak bunga ungu ini. Dari tiap bunga, terdapat tiga stigma, atau kepala putik, yang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Stigma-stigma nan rapuh inilah saffron, rempah termahal paling diburu orang sedunia.

Baca Juga: Lawan Covid19 Dengan Rempah Tradisional

Bunga saffron atau crocus sativus. (Sumber: AP Photo / Dar Yasin)

Di seluruh dunia, saffron biasa digunakan dalam beragam produk mulai dari makanan, obat-obatan hingga kosmetik. Satu kilogram saffron dihasilkan dari sekitar 150 ribu bunga crocus sativus yang harganya bisa mencapai kisaran 40 – 50 juta rupiah.

Baca Juga: Tanaman Herbal dan Rempah Diklaim Tingkatkan Imunitas Tubuh

Di Kashmir, rempah ini merupakan sumber kebanggaan dan telah mendorong roda perekonomian dan adat istiadat di wilayah ini selama berabad-abad. Namun, seiring berjalannya waktu, penanaman saffron kerap menemui kendala akibat perubahan iklim, fasilitas irigasi yang buruk dan impor safron dari Iran yang lebih murah.

Stigma, atau kepala putik bunga saffron, dikumpulkan lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. (Sumber: AP Photo / Dar Yasin)

Perselisihan bersenjata yang kerap terjadi di wilayah ini juga mempengaruhi produksi dan ekspor saffron. Selama puluhan tahun, gerakan separatis terus memerangi pemerintah India di Kashmir, wilayah yang terbagi antara India dan Pakistan dan kepemilikan wilayahnya diklaim oleh keduanya. Akibat konflik yang terjadi, nyawa puluhan ribu warga sipil, pemberontak dan tentara India telah menjadi korban.

Baca Juga: Bentrok di Kashmir, 13 Pemberontak dan 3 Tentara Tewas

Untuk mendongkrak penanaman dan ekspor saffron, pihak berwenang di Kashmir telah membangun taman rempah berteknologi tinggi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Namun, hanya segelintir petani yang tertarik menggunakan teknologi ini. Selebihnya memilih menggunakan teknik lama berusia 100 tahun dalam memetik dan mengeringkan saffron: menggunakan tangan.

Memetik bunga saffron menggunakan tangan. (Sumber: AP Photo / Dar Yasin)

Sebagian besar saffron Kashmir tumbuh di Pampore, sebuah kota kecil yang terletak di selatan kota utama Kashmir, Srinagar.

Baca Juga: Perempuan Dan Rempah Sumsel

Di Kashmir, rempah saffron biasanya digunakan dalam Kehwa, teh hijau manis yang diseduh perlahan dengan kayumanis dan kapulaga, lalu diberi sentuhan pemanis kacang almond. Saffron juga digunakan dalam Wazwan, makanan tradisional dalam pernikahan Kashmir yang biasanya dimasak oleh para koki khusus yang mencakup lebih dari 30 hidangan.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x