Kompas TV internasional kompas dunia

Taliban Dikabarkan Dukung Trump Kembali Jadi Presiden AS, Mujahid Merasa Pernyataannya Dipelintir

Kompas.tv - 12 Oktober 2020, 17:01 WIB
Penulis : Haryo Jati

KABUL, KOMPAS.TV - Juru bicara Taliban, Zabiulah Mujahid merasa pernyataannya dipelintir setelah disebut mendukung Donald Trump untuk kembali jadi Presiden Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, CBS News mengungkapkan Mujahid mengatakan Taliban berharap Trump bisa kembali memenangkan pemilihan Presiden.

Menurutnya dengan begitu pihak AS bisa segera pergi dari Afghanistan. Namun, Mujahid menegaskan bukan itu maksud dari perkataannya.

Baca Juga: Kesal dengan Tuduhan Erdogan, Arab Saudi: Boikot Turki!

Dia menegaskan tak bermasalah siapa pun yang menjadi Presiden AS, karena Taliban bukan menjalin kesepakatan damai dengan individu melainkan dengan negara AS.

“Sangat jelas bahwa Taliban membuat kesepakatan damai dengan Pemerintah AS, bukan dengan seseorang, jadi siapa pun yang terpilih menjadi pemimpin AS, kami terikat untuk menjalani kesepakatan itu,” kata Mujahid kepada The Media Line.

Namun Mujahid mengungkapkan bahwa Trump telah melakukan terobosan penting bagi Afghanistan dan sejumlah negara lainnya.

Baca Juga: Virus Corona Bisa Bertahan 28 Hari di Permukaan Benda? Ini Kata Peneliti

“Trump telah melakukan langkah yang signifikan untuk memastikan pemulangan yang aman bagi tantara AS dari Afghanistan, Suriah dan Irak, jadi rakyat Amerika bisa memilihnya lagi,” ujarnya

“Namun, itu terserah masyarakat AS untuk memutuskan siapa yang terbaik,” tambah Mujahid.

Trump memang sebelumnya menegaskan bakal menarik pulang pasukannya yang berada di Afghinstan, pekan lalu.

Baca Juga: Joe Biden Akan Temui Kim Jong-Un Jika Terpilih sebagai Presiden AS, Kenapa?

“Kami harus membawa pulang pria dan wanita pemberani yang bertugas di Afghanistan saat Natal,” cuitnya.

Mujahid pun menanggapi pernyataan presiden berusia 74 tahun tersebut dengan baik.

“Kami berpikir ini merupakan langkah positif dari penerapan perjanjian antara AS dan Taliban di Doha,” katanya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x