> >

Cerita Mahasiswa Indonesia soal Krisis Covid-19 di India: Ada Rasa Ingin Kembali ke Kehidupan Normal

Rosi | 29 April 2021, 21:55 WIB
India melaporkan lebih dari 200.000 kasus virus corona baru, pada Kamis (15/4/2021), dengan 14 juta secara keseluruhan terinfeksi, dan semakin intensif membebani sistem perawatan kesehatan yang rapuh. (Sumber: AP PHOTO/RAJESH KUMAR SINGH)

NEW DELHI, KOMPAS.TV – Tsunami Covid-19 di India kini tengah menjadi perhatian masyarakat dunia. Tercatat, kasus positif Covid-19 di India berada di angka 300 ribuan selama 8 hari berturut-turut.

Mohd Agoes Aufiya, mahasiswa S3 jurusan Hubungan Internasional di Jawaharlal Nehru University, New Delhi, menceritakan situasi krisis Covid-19 di India.

Ia menuturkan, gelombang dua Covid-19 di India ini terjadi karena adanya kelonggaran protokol kesehatan imbas dari penurunan kasus positif pada gelombang pertama.

Baca Juga: Kekurangan Ambulans Akibat Krisis Covid-19 di India, Seorang Anak Bawa Jenazah Ayahnya dengan Mobil

“Terjadi karena kelonggaran protokol kesehatan, penggunaan masker, jaga jarak, dan cuci tangan,” ujarnya di acara Talkshow Rosi, Kamis (29/4/2021).

Selain itu, kata Agus, lonjakan Covid-19 di India ini terjadi karena adanya kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat India, seperti ritual Kumbh Mela atau mandi massal yang diikuti oleh ribuan warga tanpa mengindahkan protokol kesehatan.

Agus mengatakan bahwa tsunami Covid-19 di India terjadi karena adanya rasa menang setelah gelombang pertama Covid-19 di India berhasil turun.

“Saya pikir satu hal yang paling penting adalah ada rasa merasa menang ketika gelombang 1 sudah selesai,” ujar mahasiswa yang telah 8 tahun menetap di India ini.

Menurutnya, rasa menang tersebut menyebabkan penurunan kesadaran penerapan protokol kesehan, seperti cuci tangan, menggunakan masker, dan jaga jarak.

Terlebih, menyebarnya informasi soal herd imunity yang sudah mencapai 51 persen membuat masyarakat India merasa ingin kembali ke kehidupan normal, seperti sebelum adanya pandemi Covid-19.

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU