> >

Berbohong Termasuk Dosa Besar Yang Disepelekan

Beranda islami | 25 Desember 2020, 20:51 WIB
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bahwa perkataan palsu (dusta atau bohong) adalah termasuk diantara dosa-dosa yang paling besar. (Foto Ilustrasi: Tim Samuel, Pexels)

Dusta atau bohong di dalam Islam adalah merupakan perbuatan yang haram dan terlarang, bahkan dapat menjauhkan si pelakunya menjauh dari keimanan.

al-Hafizh Ibnu Hajar al -Asqalani rahimahullah membawakan riwayat al Baihaqi, dari Abu Bakar ash -Shiddiq radhiyallahu anhu, beliau berkata :

Dusta akan menjauhkan keimanan. (Fathul Bari X/508).

Selanjutnya al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menukil perkataan Ibnu Baththal rahimahullah , “Apabila seseorang mengulang-ulang kedustaannya hingga berhak mendapat julukan berat sebagai pendusta, maka ia tidak lagi mendapat predikat sebagai mu’min yang sempurna, bahkan termasuk berpredikat sebagai orang yang bersifat munafik.

Karena itulah, setelah mengetengahkan hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu tersebut, Imam Bukhari melanjutkannya dengan mengetengahkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu tentang tanda-tanda orang munafik.”

al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah kemudian menjelaskan, “Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu tentang tanda-tanda orang munafik yang dimaksud di sini mencakup perbuatan dusta, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan.

Tanda pertama, dusta dalam perkataannya; Tanda kedua, dusta dalam amanahnya; Tanda ketiga, dusta dalam janjinya. Berikutnya Imam Bukhari mengetengahkan hadits tentang jenis ancaman hukum di akhirat bagi para pendusta, yaitu mulutnya akan disobek sampai ke telinga, karena mulutnya itulah yang menjadi lahan kemaksiatannya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dosa berdusta mengiringi dosa syirik  dan durhaka kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa berdusta termasuk dosa-dosa besar yang paling besar.

  z n

Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perhatikanlah (wahai para Sahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para Sahabat mengatakan, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.”  Sebelumnya Beliau bersandar, lalu Beliau duduk dan bersabda, “Perhatikanlah! dan perkataan palsu (perkataan dusta)”, Beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya Beliau berhenti”. (HR. Al-Bukhâri, no. 2654, 5976, dan Muslim, no. 143/87)

Demikian juga dusta merupakan sifat menonjol orang munafik, bukan sifat orang Mukmin.

  : :

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga: Jika dia bercerita, dia berdusta; jika dia berjanji, dia menyelisihi; dan jika dia diberi amanah, dia berkhianat”. (HR. Al-Bukhâri, no. 33, 2682, 2749, 6095; Muslim, no. 107/59, 108/59)

Demikianlah akibat yang bisa ditimbulkan dari sikap suka bohong. Karena itu hindarilah berbohong. Rasulullah memperingatkan kepada umatnya akan pedihnya siksa kubur yang akan menimpa seseorang yang suka berbohong

:

Aku melihat dalam mimpi dua orang Malaikat, keduanya berkata: “Orang yang engkau lihat mulutnya dikoyak hingga telinga, adalah seorang pembohong. Ia berbohong hingga kebohongannya tersebut dibebankan kepadanya hingga mencapai ufuk, maka dibuatlah ia diberi beban seperti itu hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Begitupun halnya berbohong dalam candaan atau lawakan pun tetap tidak boleh dilakukan, hal ini juga menjadi sebab tak boleh berdusta kepada orang lain saat April Mop.

Maka, berdusta yang tujuannya hanya ingin membuat orang lain tertawa termasuk kena ancaman ‘wail’.

Dari Bahz bin Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi no. 3315. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Boleh saja bercanda namun jangan berlebihan, sebagaimana halnya analogi masakan yang terlalu banyak dibumbui bisa menyebabkan masakan itu terlalu asin atau terlalu masam.

Wallahu a’lam bish-shawab

Penulis : Agung-Pribadi

Sumber : Kompas TV


TERBARU