> >

Kapal Cantrang Marak Lagi, Nelayan Natuna Malah Ngadu ke Susi: Miris Bu...

Peristiwa | 14 Juli 2020, 21:17 WIB
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Kapal Cantrang Marak Lagi, Nelayan Natuna Malah Ngadu ke Susi: Miris Bu... (Sumber: Humas Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Berbeda dengan nelayan yang ada di kapal cantrang, yang memiliki cukong atau bos atau pemilik kapal.

"Kenapa kami menolak, karena nelayan Pantura tidak seperti kami nelayan Natuna, yang merupakan nelayan mandiri," terang Herman.

Menurutnya, nelayan Natuna tidak ada yang menangkap ikan milik bos besar. Sebab, mulai dari kapal hingga alat tangkap, nelayan Natuna milik sendiri alias perorangan.

"Jadi satu nelayan bisa satu kapal, ada juga yang satu kapal 4 orang, namun bukan orang lain, mereka bersaudara atau kakak adik. Atau ada juga yang membuat kapal dengan cara bersama dan dipergunakan juga bersama," papar Herman.

Sementara nelayan Pantura merupakan nelayan yang bekerja dengan bos atau menangkap ikan menggunakan kapal dan alat tangkap milik bos.

"Seharusnya mereka tidak disebut nelayan, melainkan buruh nelayan. Karena bekerja dengan orang lain," jelas Herman.

Sementara untuk nelayan Natuna, tidak saja kapal dan alat tangkap milik sendiri, untuk proses menjualnya pun dilakukan sendiri.

Makanya, harga jualnya cukup tinggi karena ikan yang dijual murni ikan langsung dari tangkapan saat itu juga. Bukan ikan yang sudah dibekukan beberapa hari di lokasi penyimpanan atau gudang ikan yang berada di daratan.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti Kritik Ekspor Benih Lobster, Komisi IV DPR Minta Menteri Lama Tidak Ikut Campur

Berharap Dapat Perlindungan Pemerintah

Herman juga mengaku selama mereka para nelayan Natuna selalu menjaga kearifan lokal, sehingga hasil laut Natuna selalu bisa dirasakan anak cucu meski telah beberapa kali turun temurun.

"Namun untuk saat ini kami jamin akan tidak ada lagi, karena kapal cantrag akan menyapu bersih semua terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang ada di Natuna. Karena kapal Cantrang tersebut melakukan tangkap di bawah 12 mil, lebih tepatnya di sekitaran Pulau Subi," ungkap Herman.

Saat ini para nelayan Natuna hanya bisa pasrah dengan kebijakan pemerintah saat ini. Jika terus dibiarkan, Herman menilai bahwa nelayan Natuna akan kembali sengsara.

"Sudah dijarah nelayan asing, saat ini malah nelayan setanah air yang mejajah kami. Mungkin beginilah nasib nelayan pulau terdepan, berharap dapat perlindungan, yang ada malah terus terjepit," pungkas Herman.

Baca Juga: Polemik Ekspor Benih Lobster: Ditolak Susi, Kini Dilegalkan Edhy Prabowo, Apa Alasannya?

Penulis : fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU