> >

Fakta Baru Kasus Sekeluarga Diduga Bunuh Diri Lompat dari Apartemen: 2 Anaknya Ternyata Tak Sekolah

Jabodetabek | 19 Maret 2024, 04:40 WIB
Polisi melakukan olah TKP di tempat kejadian empat orang sekeluarga tewas usai melompat dari rooftop Apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024). (Sumber: Tribun Jakarta)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Polisi mengungkap fakta baru terkait perkembangan kasus satu keluarga tewas setelah melompat dari lantai 22 apartemen Teluk Intan Penjaringan, Jakart Utara.

Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, keluarga yang beranggotakan empat orang itu ternyata tertutup dari keluarga besarnya hingga lingkungan sosial.

Hal tersebut diketahui penyidik kepolisian setelah melakukan pemeriksaan terhadap 12 saksi terdiri atas keluarga besar hingga teman selama proses penyelidikan.

Baca Juga: Polisi Sulit Ungkap Kasus Sekeluarga Lompat dari Apartemen di Penjaringan: Tak Ada Jejak Sama Sekali

"Memang ada ketertutupan atau bisa dikatakan introvert antara keluarga yang empat ini dengan keluarga besarnya. Tapi kita dapat informasi-informasi itu sifatnya sangat subjektif," kata Gidion kepada wartawan di Jakarta pada Senin (18/3/2024).

Bahkan, lanjut Gideon, penyidik kepolisian menemukan fakta kalau satu keluarga yang tewas terdiri atas ayah EA (50), ibu AIL dan dua anaknya berinisial JWA (13) dan JL (16) telah dua tahun tidak komunikasi dengan keluarga besar.

"Ini sudah enggak komunikasi lama, sudah ada 2 tahun enggak komunikasi dengan keluarganya," ucap Gideon.

Sebelum memutuskan lompat dari apartemen, Gideon menambahkan, satu keluarga tersebut sempat pindah ke Solo, Jawa Tengah.

Selain itu, dua anaknya juga sudah tidak bersekolah sejak satu tahun yang lalu.

"Yang ada tracing lokasi ya dia ada di Solo tetapi tempatnya di mana kita juga enggak dapat informasi,” ujar Gidion.

Baca Juga: Tali yang Terikat Disebut Jadi Kunci Ungkap Kasus Sekeluarga Tewas Terjun dari Aprtemen Penjaringan

“Bahkan si anak kan sudah tidak terdaftar di apa, terdaftar di sekolah dan juga sudah tidak melanjutkan satu tahun nggak sekolah. Dua duanya,” katanya.

Lebih lanjut, Gidion mengatakan, polisi terkendala dalam mengungkap kasus dugaan bunuh diri satu keluarga yang tewas usai melompat dari lantai 22 tersebut.

Karena dalam peristiwa bunuh diri biasanya ditemukan adanya tanda-tanda yang ditinggalkan oleh korban, baik berupa catatan digital ataupun pesan.

Namun, dalam kasus ini tidak ada jejak sama sekali. Termasuk telepon seluler milik para korban yang semuanya hancur dan sulit untuk diekstrak.

Karena sebab itu, polisi tidak bisa mendapatkan data apapun dari ponsel tersebut.

"Kasus yang kita tangani biasanya selalu meninggalkan jejak. Tapi, untuk kasus ini tidak ada sama sekali," kata Gidion kepada wartawan di Polres Jakut, Senin (18/3/2024).

Baca Juga: Jaksa Agung Sebut Dugaan Korupsi Rp2,5 Triliun di LPEI Terjadi Sejak 2019, Libatkan 4 Perusahaan

Selain itu, polisi pun tidak menemukan catatan apapun yang berisi pesan terakhir di tas milik satu keluarga yang terjun dari apartemen itu.

Pihaknya pun sampai saat ini masih mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak untuk mengetahui penyebab satu keluarga itu nekat terjun dari ketinggian.

"Kami masih mengumpulkan semua keterangan untuk menetapkan penyebab kejadian tersebut," ucap Gidion.

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU