> >

BPBD DIY Imbau Warga Tak Beraktivitas di Daerah Bahaya Gunung Merapi

Jawa tengah dan diy | 26 Januari 2024, 00:15 WIB
Awan panas yang meluncur di lereng Gunung Merapi saat terjadinya erupsi tampak dari Desa Tunggularum, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (14/3/2023). (Sumber: KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengingatkan warga agar tidak melakukan kegiatan termasuk penambangan pasir atau batu, di lereng Gunung Merapi, khususnya di daerah rawan bencana yang masuk dalam kawasan potensi bahaya (KRB) III.

Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY Lilik Andi Aryanto menegaskan, di wilayah KRB III, semua aktivitas, termasuk penambangan, tidak diizinkan. 

"Seharusnya semua wilayah KRB III memang tidak boleh ada aktivitas termasuk penambangan," kata Lilik di Yogyakarta, Kamis (25/1/2024).

Hal ini sesuai dengan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang masih menetapkan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.

KRB III diidentifikasi sebagai daerah yang sangat rentan terhadap lontaran material vulkanik, awan panas, dan aliran lava saat terjadi erupsi Gunung Merapi.

Lilik menyatakan rekomendasi belum mengalami perubahan hingga saat ini.

Baca Juga: Kerap Mangkir, Polda Metro Jaya Akhirnya Tangkap Tersangka Kasus Film Porno Siskaeee di Yogyakarta

"Rekomendasi masih seperti yang sebelumnya. Belum ada perubahan," ujar dia.

Di luar KRB III, Lilik mengimbau agar kegiatan penambangan di sungai-sungai yang berhulu dari Gunung Merapi dihentikan sementara saat hujan di puncak Merapi.

Hal tersebut karena hujan di puncak Merapi dapat memicu lahar hujan yang berpotensi berbahaya.

"Demi keselamatan bersama, apabila terjadi hujan lebat supaya menjauh dari sungai yang bisa berpotensi terjadi lahar hujan," kata dia.

Namun, Lilik menegaskan, diperlukan hujan yang sangat lebat untuk mendorong material vulkanik dari puncak hingga ke bawah atau membentuk lahar hujan.

Sungai-sungai yang berhulu dari Merapi, saat ini masih cukup dalam untuk menampung material dari puncak, ditambah dengan keberadaan sabo dam di beberapa lokasi.

"Potensi material yang ada di puncak akan turun apabila kena hujan di atas 70 mm, kemudian melihat kondisi saat ini memang sungai-sungai tersebut masih dalam karena aktivitas penambangan," ujar dia.

Lilik mengatakan BPBD DIY bersama relawan terus meningkatkan kesiapsiagaan dengan melakukan pemantauan intensif selama 24 jam di lereng Merapi.

Kewaspadaan semua pihak, termasuk masyarakat, kata dia, harus ditingkatkan untuk mengantisipasi aktivitas vulkanik Gunung Merapi, terutama menjelang puncak musim hujan.

Sebelumnya BPPTKG mencatat terjadi satu letusan Gunung Merapi pada Minggu (21/1) lalu dengan tinggi kolom tidak teramati, serta empat kali terjadi awan panas guguran yang menghasilkan hujan abu vulkanik di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. 

Sebagai respons, BPPTKG dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya, mengingat suplai magma masih berlangsung, dan berpotensi memicu awan panas guguran di daerah tersebut.

BMKG Yogyakarta juga mengingatkan warga DIY agar mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi pada puncak musim hujan yang diprediksi terjadi pada Februari 2024.

Baca Juga: Bencana Tanah Longsor di Sukabumi Timbun 12 Rumah Warga, BPBD Fokus Evakuasi Korban

 

Penulis : Kiki Luqman Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Antara


TERBARU