> >

Bagaimana Tantangan Perempuan dalam Berkarier di Industri STEM?

Sosial | 28 Desember 2022, 15:00 WIB
Industri STEM masih menjadi tantangan bagi para perempuan untuk berkarier. (Sumber: Freepik/drobotdean)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kini, pekerjaan semakin beragam. Salah satu industri yang sedang populer dan berkembang pesat adalah STEM, yang merupakan singkatan dari Science, Technology, Engineering, dan Math.

Bidang ini memiliki banyak memerlukan kemampuan untuk berinovasi, memecahkan masalah, dan berpikir kritis. Sayangnya, sebagian besar pekerja di industri ini adalah laki-laki. Lalu, bagaimana dengan perempuan?

Dalam siniar Obsesif bertajuk “Women & Career in STEM Industry” yang dapat diakses melalui dik.si/ObsesifAmanda, Amanda Simandjuntak, Co-Founder Skillvul & Markoding, membagikan pemikirannya mengenai karier perempuan dalam industri ini.

Representasi Perempuan di Industri STEM

Pada zamannya, Amanda mengaku bahwa perempuan yang mengambil jurusan computer science sangat sedikit. Bahkan, setelah sepuluh tahun berlalu, perubahan tersebut tak terlalu signifikan. 

Hal ini sangat disayangkan karena peluang di industri ini sangat besar dan terbuka luas. Ia mengungkapkan, “Komposisinya masih kurang, belum equal. Kalo ke tech company dan liat ke programmer, itu laki-laki semua.”

Padahal, sampai 2030, Indonesia membutuhkan 17 juta talenta digital. Namun, jarak antara jumlah yang dibutuhkan dan para lulusannya cukup jauh, yaitu sembilan juta.

Baca Juga: Vintage Music Store: Hasilkan Cuan dari Alat Musik Lama

“Kesempatannya gede banget dan gak pernah segede ini sebelumnya. Jadi, sangat disayangkan banget kalau perempuan udah takut duluan sebelum nyoba STEM,” ujar Amanda.

Amanda juga membuktikan kalau jumlah perempuan di industri STEM Indonesia masih tergolong rendah. “Di Indonesia itu sekarang cuma ada 22 persen perempuan di industri STEM. Jika dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, kayak Thailand dan Vietnam, kita yang paling rendah,” pungkasnya.

Rendahnya Statistik Perempuan di Industri STEM

Sebenarnya, secara kemampuan, tak ada yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Namun, satu hal yang menghalangi adalah rasa percaya diri perempuan yang terlalu rendah.

Bahkan, Markoding pernah menawarkan program bertema “digital inovation challenge” pada salah satu SMK di Pulau Jawa. Namun, saat baru menyebutkan temanya, para guru merasa hal ini sangat kompleks sehingga mereka memberikan respons takut dan khawatir.

Amanda menjelaskan, “Jadi, udah ada mindset di mereka kalau ilmu-ilmu seperti STEM dan koding nih kompleks.”

Padahal, Amanda dan tim pernah melakukan survei mengenai kemampuan perempuan. Jika melihat dari skor pelatihan, perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada peserta laki-laki.

Kemampuan yang Diperlukan dalam Industri STEM

Dalam industri STEM, keterampilan dasar yang diperlukan pun sama seperti bidang pekerjaan lainnya. Menurut Amanda, ada empat kemampuan dasar yang dikenal sebagai 4C + 1C (Critical thinking, Creativity, Collaboration, Communication, dan Compassion).

Kemampuan itu harus dimiliki sebab saat melakukan koding, para pekerja tak hanya bekerja  di belakang layar. Mereka juga harus melakukan komunikasi dengan tim lainnya.

Baca Juga: Stigma Buruk Melekat pada Anak Tongkrongan, Mengapa?

Bahkan, Amanda pun menekankan, “Ya, sejago apa pun juga progres kariernya akan terhambat kalau gak punya skill-skill itu.”

Lalu, bagaimana jika fresh graduate ingin mencoba industri STEM? Bagaimana langkah awal yang harus dilakukan?

Jawaban lengkapnya bisa kalian dengarkan melalui siniar Obsesif bertajuk “Women & Career in STEM Industry” di Spotify. Tak hanya itu, di sana, ada pula beragam informasi menarik seputar dunia kerja untuk para fresh graduate dan job seeker, loh!

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/ObsesifAmanda

Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion

Penulis : Ristiana D Putri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU