> >

Kerusuhan di Babarsari, Sosiolog Sebut Yogyakarta Mendekati Kota Metropolis Bukan Pelajar

Peristiwa | 6 Juli 2022, 07:01 WIB
Bangkai sepeda motor yang dibakar massa di Babarsari, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (4/7/2022) (Sumber: Kompas.com/Yustinus Wijaya Kusuma)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajad Sulistyo Widhyharto berpendapat kerusuhan di Babarsari, Sleman, DI Yogyakarta bisa muncul karena pertumbuhan provinsi mendekati kota metropolis.

Derajad mengungkapkan regulasi yang berjalan di Yogyakarta tidak istimewa dan sama seperti perkembangan di kota besar lain yang mendekati metropolis.

"Wilayah Yogyakarta itu istimewa tetapi regulasinya tidak istimewa. Regulasinya seperti perkembangan kota Jakarta, Surabaya, dan lain-lain," tuturnya dikutip dari Antara, Rabu (6/7/2022).

"Provinsi ini tidak tumbuh istimewa seperti masyarakatnya, seperti keratonnya, jadi ini tumbuh seperti kota metropolis," lanjutnya.

Baca Juga: 5 Fakta Kerusuhan di Babarsari: Dipicu Keributan di Tempat Karaoke, Rusak Ruko dan Bakar Kendaraan

Derajad menjelaskan Yogyakarta yang menyandang predikat sebagai kota pelajar seharusnya membutuhkan ketenangan.

Sehingga pola pembangunan yang seharusnya ada menurutnya yakni berupa fasilitas ruang kerja atau belajar bersama (co-working space), bukannya mengundang konflik.

"Akan tetapi, kalau yang tumbuh kemudian adalah karaoke, hotel-hotel, apartemen, tidak ada bedanya dengan Jakarta, Surabaya, dan lain-lain," kata dia.

Ia menyayangkan regulasi yang ada di Yogyakarta dan seharusnya terefleksi dari kondisi masyarakat. Misalnya terkait dengan jam belajar di Yogyakarta, kini tidak berlaku lagi.

"Ke depan regulasi yang ada mestinya diadaptasikan dengan konsep istimewanya Yogyakarta. Kalau istimewa bagi pelajar adalah jam belajar, ini harus diperhatikan," kata dia.

Penulis : Danang Suryo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU