> >

Ganjar Pranowo akan Temui Warga Kontra Tambang di Desa Wadas

Peristiwa | 11 Februari 2022, 10:24 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menyampaikan permohonan maaf kepada warga Desa Wadas (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo akan menjadwalkan pertemuan dengan warga kontra tambang di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.

Pernyataan ini disampaikan Ganjar pada program Rosi bertajuk 'Prahara di Desa Wadas' yang tayang di Kompas TV, Kamis (10/2/2022) malam.

"Boleh, kita tinggal jadwalkan saja," kata Ganjar.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa dirinya hingga Rabu (9/2) masih terus berk komunikasi dengan warga di Wadas.

"Kami juga ada teman-teman yang sudah komunikasi dengan warga yang ada di sana. Bahkan sampai dengan kemarin pun kami masih berkomunikasi," lanjutnya.

Ganjar berharap, pertemuan nantinya dilaksanakan dengan suasana kekeluargaan, tidak berprasangka, dan dialognya tidak harus sekali selesai.

"Hingga nanti pada saat bertemu, harapan kita sudah mengerti suasana kebatinan yang ada di sana. Jadi tidak serem-seremlah begitu ya, kita bisa komunikasi sehingga suasananya bisa kekeluargaan bisa ngobrol dan tidak harus sekali selesai," pungkasnya.

Sementara itu, dalam acara yang sama, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Beka Ulung Hapsara menyatakan, pertemuan di Desa Wadas nantinya merupakan tindak lanjut dari ketidakhadiran warga kontra tambang pada Januari 2022 lalu di Semarang.

Baca Juga: PGI soal Konflik Lahan di Wadas: Kami Minta Pemerintah Kedepankan Pendekatan Kemanusiaan

Beka menjelaskan, alasan ketidakhadiran warga kontra lantaran tidak terpenuhinya syarat yang diajukan Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa).

6 Persyaratan dari Gempa Dewa

"Sehari sebelum dialog (di Semarang), Komnas HAM dapat respons tertulis dari teman-teman Gempa Dewa, kawan-kawan yang menolak. Bahwa ada 6 persyaratan sebelum mereka memutuskan datang ke Semarang," ujar Beka.

Pertama dan kedua, tidak ada aktivitas apapun selama dialog. Ketiga, soal representasi warga yang menolak datang semua ke Semarang.

"Terus kemudian (dialog) juga dibuat terbuka artinya live streaming. Lalu mereka meminta dialog dilakukan di Wadas, terakhir dialog tersebut fokus pada penolakan warga untuk mencari alternatif solusi," jelas Beka dengan menyingkat surat kiriman Gempa Dewa.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU