> >

Gempa M 6,6 Bikin Kegiatan Kemendagri di Pandeglang Berantakan, 150 Orang yang Ikut Acara Bubar

Peristiwa | 14 Januari 2022, 20:14 WIB
Potongan video kepanikan masyarkat Pandeglang yang mengikuti kegiatan Dukcapil Kemendagri saat merasakan guncangan gempa m 6,6 di laut Pandeglang, Banten, Jumat (14/1/2022). (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Gempa dengan magnitudo 6,6 (sebelumnya magnitudo 6,7 -red) yang terjadi di selatan Banten, memuat kegiatan Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri di Pandeglang, Banten terhambat.

Bahkan Dirjen Dukcapil Kemendagr Zudan Arif Fakrulloh yang sedang mengisi acara harus berlari keluar gedung untuk menghindari dampak gempa terhadap bangunan.

Bupati Pandeglang Irna Narulita menjelaskan guncangan gempa sangat dirasakan lantaran lokasi kegiatan Ditjen Dukcapil Kemendagri dan Pemkab Pandeglang tidak jauh dari titik gempa.

Sebanyak 150 orang yang ikut dalam kegiatan berlarian ke luar gedung untuk menyelamatkan diri.

Baca Juga: Sejumlah Rumah Warga di Kecamatan Sumur dan Mujul Pandeglang Alami Kerusakan Akibat Gempa Banten

"Kegiatan kami berada di pesisir pantai di Kecamatan Panimbang, Pantai Betu jaraknya sedikit di titik gempa. Jadi getarannya terasa sekali, 150 orang bubar semua karena adanya gempa," ujar Irna saat dihubungi KOMPAS TV, Jumat (14/1/2022).

Irna menambahkan saat ini BPBD dan dinas sosial Pemkab Pandeglang sedang mendata korban dampak gempa yang diketahui terjadi di laut pada jarak 132 km arah Barat Daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km. 

Data sementara yang didapat, ada 13 kecamatan yang terdampak gempa. Daerah yang paling terdampak yakni kecamatan Sumur dan Cimanggu.

Baca Juga: Gempa Bumi Banten Buat Pasien RSUD Dr. Adjidarmo Panik, Evakuasi Dilakukan hingga Situasi Kondusif

Menurut Irna bangunan Puskesmas di Kecamatan Sumur dan beberapa rumah warga roboh akibat guncangan gempa magnitudo 6,6.

"Puskesmas Sumur di lokasi titik gempa itu luluh lantah bangunannya. Ada satu lagi Puskesmas di Majasari yang ada di pusat kota itu juga ada kerusakan. Tapi kami belum data total kerugiannya," ujar Irna.

Terkait koban akibat gempa, Irna menyatakan saat ini masih dalam proses pendataan. Informasi yang didapatnya, ada ibu dan anak menjadi korban lantaran tertimpa genting dari rumah.

Baca Juga: Banten Sudah Diguncang Gempa Besar Sejak 1851

"Informasi terbaru kami ketahui, kami masih mendata korban. Kami sudah perintahkan BPBD dan Dinas Sosial untuk terjun ke lapangan mendata dampak gempa dan menenangkan masyarkat untuk tetap waspada di tengah kondisi ini," ujar Irna. 

Akibat subduksi dua lempeng

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa yang terjadi di selatan Banten, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng samudra Indo-Australia menunjang ke bawah lempeng benua Eurasia.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault," ujar Dwikorita saat jumpa pers melalui kanal YouTube BMKG, Jumat
(14/1/2021).

Dwikorita menjelaskan dalam catatan sejarah kegempaan sejak tahun 1851 hingga 2019 telah terjadi delapan kali gempa di wilayah tersebut. 

Baca Juga: PLN Pastikan Sistem Kelistrikan Jawa-Bali Aman usai Gempa M6,7 yang Guncang Banten hingga Jakarta

Delapan kali gempa tersebut menimbulkan tsunami kecil hingga tsunami besar dengan ketinggian 30 meter. Namun, sambung Dwikorita, gempa di selatan Banten ini tidak berpotensi tsunami.

Kemudian hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan sebanyak lima kali dengan magnitudo terbesar besar berkekuatan M 5,7.

"Terprediksi tidak berpotensi tsunami, nampaknya terverifikasi tidak terjadi tsunami," ujar Dwikorita.

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU