> >

Kronologi Bentrok Anggota TNI-Petani di Deli Serdang, Bermula dari Masalah Lahan hingga Pengadangan

Peristiwa | 6 Januari 2022, 08:02 WIB
Tangkapan layar video kericuhan antara anggota TNI dengan petani yang terjadi di lahan persawahan Desa Seituan, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Selasa (4/1/2022). (Sumber: TRIBUN MEDAN/HO)

Demi menghindari gesekan, pihak TNI pun mengurungkan niat memasang plang di lokasi pertama itu dan berpindah ke sisi barat lahan.

Baca Juga: BP2MI Sebut Prajurit TNI AL Diduga Bantu Kirim PMI Ilegal, KSAL Yudo: Jangan Cari Kambing Hitam

Akhirnya, personel TNI berhasil memasang plang di titik tersebut, meski kemudian terjadi massa dari masyarakat setempat melakukan pengadangan.

"Sekitar 10.30 WIB, massa semakin ramai dan sebagian besar ibu dan orang tua yang memprovokasi pasukan, terpancing untuk melakukan pemukulan atau tindakan kekerasan," ungkap Wendrizal.

Lalu, saat pasukan mulai istirahat tepatnya pada pukul 11.30 WIB, para petani tersebut malah memblokade jalan tempat truk milik Yon Zipur I/DD terparkir dengan batu dan kayu

Akibatnya, pemasangan plang oleh personel TNI di titik selatan dan timur lahan kembali tidak dapat dilaksanakan.

Wendrizal lantas memerintahkan anak buahnya untuk meninggalkan lokasi, namun dua unit truk Yon Zipur I/DD yang berada di sisi timur lahan juga mendapat pengadangan.

Diketahui, pengadangan tersebut dilakukan oleh warga karena mereka meminta agar plang yang telah dipasang di lahan tersebut dapat segera dicabut.

Baca Juga: Jenderal Dudung Ingatkan Prajurit: Jangan Ada Tradisi TNI AD Timbulkan Korban Jiwa

Sempat Negosiasi

Dalam situasi tersebut, Wendrizal sempat menawarkan beberapa opsi kepada para petani di lahan tersebut guna menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Opsi pertama, petani dapat mencabut sendiri plang kepemilikan lahan yang telah didirikan oleh Puskopkar A Bukit Barisan tersebut, namun mereka menolak.

Kedua, Puskopkar akan mencabut plang kepemilikan lahan tersebut dengan syarat pengadangan jalan yang dilakukan oleh warga mesti dihentikan, namun tetap tidak terjadi kesepakatan.

Menurut Wendrizal, aksi anarkis petani dan warga mulai pecah ketika mereka melempari personel TNI dengan lumpur.

Para personel TNI kemudian mengejar orang-orang yang menjadi provokator sehingga massa pun berhamburan meninggalkan lokasi kejadian.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Fadhilah

Sumber : Tribun Medan


TERBARU