Kronologi Anggota Polisi Jadi Korban Pembacokan Ormas di Medan, Berawal Kakak Ipar Sewakan Truk
Kriminal | 1 November 2021, 14:45 WIB
MEDAN, KOMPAS.TV - Seorang anggota polisi bernama Aipda Eko Sugiawan diserang oleh puluhan anggota ormas di Jalan Setia Budi, Perumahan Kalpatara Indah, Kecamatan Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara.
Peristiwa peyerangan terhadap anggota Polsek Medan Timur itu terjadi pada Jumat, 22 Oktober 2021. Akibat kejadian itu, Aipda Eko Sugiawan mengalami luka bacok.
Baca Juga: Terungkap, Penembak Komandan Bais TNI di Aceh Ternyata Tukang Cukur, Senjatanya Milik Petani
Edi Susanto, kakak ipar korban, mengungkapkan kronologi peristiwa penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang tersebut hingga mengakibatkan Aipda Eko terluka.
Peristiwa penyerangan itu bermula saat seseorang berinisial DK hendak menyewa kendaraan truk kepada Edi Susanto pada Rabu (13/10/2021).
Edi menuturkan, saat itu dirinya didatangi DK yang hendak menyewa truknya sebanyak tujuh unit untuk digunakan ke daerah Kabupaten Langkat.
"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal. Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, enggak ada masalah. Makanya kita percaya sama dia," kata Edi dikutip dari Tribun-medan.com pada Senin (1/11/2021).
Karena tidak memiliki unit truk sebanyak yang diinginkan DK, Edi lantas mencarikan truk kepada rekannya bernama Pohan dan Anto.
"Saya bilang sama dia unit saya enggak ada. Kalau bisa saya bantu satu unit. Jadi saya telpon kawan saya. Dapatlah dari Anto tiga unit dari Pohan empat unit," katanya.
Baca Juga: Terungkap Motif Komandan Tim Bais TNI di Aceh Ditembak Mati, Berawal Pelaku Tahu Kebiasaan Korban
Menurut Edi, sesuai kesepakatan harga sewa truk tersebut senilai Rp900 ribu per truknya. Adapun DK disebut Edi telah menyetujui kesepakatan itu dan akan menyewanya selama enam hari. Karena itu, uang sewa truk-truk itu sebesar Rp37,8 juta.
Edi menuturkan, truk-truk tersebut disewa DK untuk dipakai bekerja bersama dengan salah satu ketua organisasi masyarakat atau ormas di Langkat.
"Dia bilang kerja sama dengan ketua Ormas sana. Sama kita ya terserah yang penting bayar uang rental," tutur Edi.
Pada sore harinya, lanjut Edi, datanglah orang menggunakan mobil yang disebut-sebut merupakan anggota ormas itu.
"Bertransaksilah mereka, si DK ini ngambil deposit sama anggota Ormas itu. DK minta bantu, minta surat tanda terima supaya ketua ormas itu percaya, bahwa di sinilah tempatnya, jadi kita bantulah," ucap Edi.
"Besoknya berangkatlah truknya pagi empat unit, kemudian tiga lagi nyusul siang. Ketemulah sama mereka di sana.”
Baca Juga: Detik-Detik Komandan Tim Bais TNI Ditembak Pakai Senjata Jenis SS1-V2 Sisa Konflik Aceh
Setelah berjalan dua hari, tiba-tiba DK menghubungi Edi dan mengatakan tidak sanggup membayar. Karena itu, dia meminta agar penyewaannya dibatalkan.
"Di pulangkan semua karena enggak sanggup bayar rental, hari Rabu pulang semua. Ku telpon DK ini, untuk hitungan dulu, tapi dia enggak datang," ujarnya.
Esoknya, alih-alih DK yang datang, ternyata malah anggota ormas. Mereka datang ke kantor Edi dan menudingnya telah berbuat curang.
"Datanglah utusan ketua ormas itu, dibilangnya saya penipu, tukang olah. Yang jumpa karyawan saya, kebetulan saya enggak ada," ucapnya.
Tak lama kemudian, Edi datang dan bertemu dengan anggota ormas tersebut. Di saat bersamaan, datang DK untuk menyelesaikan permasalahan penyewaan truk.
Menurut Edi, DK dan anggota ormas itu saling berdebat. Akhirnya, DK menyarankan agar Edi mengembalikan uang sewa yang telah dibayarkan.
Baca Juga: Polisi Tangkap Penembak Komandan Tim Bais TNI Aceh, Ternyata Ada 3 Orang, Ini Masing-Masing Perannya
“Karena kondisi kejepit, DK yang menyarankan upaya dipulangkan. Dibayarlah Pohan terutang Rp8,55 juta, Anto Rp7,225 juta. Tapi karena uang mereka kurang jadi ku talangin," katanya.
Setelah semua perhitungan selesai, tiba-tiba Edi kembali didatangi oleh anggota ormas itu. Mereka protes bahwa hitungan pengembalian uang ada selisih.
"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," katanya.
Namun, saat itu ia diikuti oleh anggota ormas ini sampai rumah. Ketika berada di rumah, Edi dan anggota ormas saling cekcok. Tak lama kemudian, dua karyawannya datang dan terjadilah perkelahian.
Edi tak tinggal diam. Ia mencoba melerai keributan dan mengusir anggota ormas itu. Setelah itu, Edi berpikir anggota ormas akan membuat laporan polisi, sehingga ia menghubungi adiknya Aipda Eko.
Tapi, Edi memutuskan menemui adiknya yang sedang berdinas di Polsek Medan Timur. Di sana, Edi menceritakan kejadian yang barusan dialaminya itu.
Baca Juga: Polisi Ungkap Fakta Kasus Penembakan di Pospol Panton Reu dan Penembakan Dantim BAIS TNI
Namun, tiba-tiba istri Edi, seorang polwan yang berdinas di Kantor Samsat Putri Hijau bernama Aiptu Surya Ningsih memberi kabar rumahnya diserang puluhan orang. Mendapat kabar itu, Edi bersama adiknya langsung pulang.
"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya mobil semua penuh," katanya.
Melihat keadaan itu, ia mencoba menepi di jalan komplek rumahnya. Saat itu ia juga mendengar dua kali letusan senjata api.
"Jadi mereka sudah siap merusak rumah. Saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api," katanya.
Usai melakukan perusakan, puluhan mobil pelaku keluar dari komplek tempat tinggalnya. Namun, karena seseorang dari mereka mengenai mobil miliknya, anggta ormas itu berhenti dan menyerangnya.
"Terakhir keluar mobil Taft, karena tanda dengan mobil saya, ditunjuk-tunjuklah sama mereka, lalu berhentilah mereka," tuturnya.
Baca Juga: Anas Urbaningrum Instruksikan PKN Daftar Kemenkumham dan Buka Pintu untuk Kubu Moeldoko Bergabung
"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Mereka pakai samurai, stik golf macam-macamlah yang dibawanya. Mobil saya hancur, masuk juga tombak ke dalam mobil.”
Edi yang mengaku panik lantas mencoba tancap gas ke arah kompleks. Sementara adiknya yang mengendarai motor di belakangnya turut dikejar para pelaku.
"Saya liat adik saya sudah dikejar pakai kelewang, tidak mungkin saya bantu, karena memang ramai sekali, sekitar 70 orang ada, jadi saya masuk komplek," ucapnya.
Ketika ia berhasil masuk ke dalam komplek, puluhan orang ini langsung pergi dan tidak mengejar lagi. Tetapi, adiknya Aipda Eko sempat terkena bacokan hingga bersimbah darah.
Ia pun langsung melaporkan hal tersebut ke Polsek Medan Helvetia. Namun, Polsek Medan Helvetia melimpahkan kasus tersebut ke Polrestabes Medan.
"Saya liat adik saya udah berdarah semua. Selesai itu buat laporan ke Polsek Helvetia, tapi sudah ditarik ke Polrestabes Medan," katanya.
Baca Juga: Pangeran Charles Doakan Jokowi dalam Pidato Pembukaan KTT G20 di Roma
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Purwanto
Sumber : Tribun Medan