> >

Pria Paruh Baya Pengerajin Alat Musik Rapai Bertahan di Tengah Pandemi

Budaya | 17 Oktober 2021, 18:15 WIB

KOMPAS.TV – Rapai, alat musik tradisional Aceh kini produksinya mulai langka. Salah seorang perajin rapai yang tersisa, Fajar kini ia bertahan di tengah pandemi covid yang mendera.

Pria paruh baya yang tinggal di kawasan perumahan Bulan Sabit Merah Kuwait, Kaye Lheu, Aceh Besar sudah menekuni pekerjaan ini sejak 1996 silam.

Baginya, menjadi pengrajin rapai bukan saja mengumpulkan pundi-pundi rupiah tapi sebagai cara merawat tradisi serta menjaga alat musik tradisional agar tak punah.

Baca Juga: Mengenal Penting, Alat Musik Khas Karangasem Bali yang Kian Meredup

Tak setiap hari ada orang yang memesan rapai, kali ini beruntung, Fajar dapat satu orderan rapai dia mulai membubut kayu sejak pagi tadi.

Perlu teknis khusus agar kayu tidak patah, mulai dari pembubutan hingga pemasangan kulit kambing memerlukan kemampuan serta kesabaran.

Untuk membuat satu unit rapai menghabiskan waktu hingga seminggu, harganya berkisar dari Rp 800 ribu hingga belasan juta rupiah.

Sudah dua tahun pesanan rapai tidak ada untuk memenuhi kebutuhan empat orang anaknya dia terpaksa bekerja sebagai buruh tukang bahkan jadi nelayan.

Pun demikian, Fajar tak goyah untuk terus menjadi perajin rapai. Rapai alat musik tradisional yang paling penting dalam kesenian aceh ini tetap terjaga hingga kini walau perajinnya mulai langka.

Penulis : Natasha-Ancely

Sumber : Kompas TV


TERBARU