> >

Psikolog UGM Sebut Sistem Kesehatan Jiwa di Indonesia Belum Setara

Kesehatan | 11 Oktober 2021, 05:15 WIB
Ilustrasi kesehatan mental. Psikolog UGM menilai, ada ketidaksetaraaan pemenuhan SDM yang terlatih dan kompeten dalam kesehatan jiwa antarpuskesmas se-Indonesia. (Sumber: pixabay.com/Wokandapix)

Diana juga menyampaikan, pandemi membawa masalah pendidikan, masalah kemiskinan, dan juga mengakibatkan banyak anak-anak yang kehilangan ayah-ibunya.

Untuk saat ini, mungkin dampak psikisnya belum terlihat secara signifikan, meski tekanannya sangat terasa nyata.

Namun, perubahan pola asuh karena perubahan konstelasi keluarga atau perubahan ekonomi keluarga, sangat berpotensi membawa dampak psikis jangka panjang.

Baca Juga: 3 Fakta Dibalik Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Diperingati Tiap 10 Oktober

“Para ahli perkembangan juga memprediksikan bahwa anak-anak dan remaja akan mengalami ‘the longest and the darkest effect of pandemic’ yang harus diantisipasi dan dikelola,” lanjutnya.

Melihat kondisi tersebut, dia berpendapat bahwa diperlukan pemetaan komprehensif tentang kondisi sistem kesehatan jiwa bangsa untuk rekomendasi prioritas pembangunan yang lebih tepat.

Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS) bersama Centre for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, dengan dukungan UNICEF, membantu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memetakan kondisi sistem kesehatan jiwa Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini, kata Diana, untuk memberikan rekomendasi prioritas pembangunan. 

“Penelitian masih berjalan, bekerja sama dengan Dinkes-Dinkes Kabupaten/Kota se-Indonesia,” imbuhnya.

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU