> >

Komdis PSSI Terkait Tragedi Kanjuruhan: Tidak Ada Pemukulan yang Dilakukan Suporter Arema

Sepak bola | 5 Oktober 2022, 23:00 WIB
Grafiti dengan pesan SELAMAT JALAN SAUDARAKU digambar di samping gerbang Stadion Kanjuruhan, Malang, Senin (3/10/2022). Gerbang ini menjadi tempat kerumunan suporter berdesakan usai polisi menembak gas air mata ke arah tribun Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Tragedi Kanjuruhan menimbulkan korban jiwa sebanyak 125 orang. (Sumber: Achmad Ibrahim/Associated Press)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Komite Disiplin (Komdis) PSSI Erwin Tobing mengatakan tidak ada pemukulan yang dilakukan suporter Arema terhadap pemain dalam kericuhan di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang, Sabtu (1/10/2022) lalu. 

Pada pertandingan Arema vs Persebaya yang berakhir dengan skor 2-3 untuk keunggulan tim tamu itu, suporter Arema yang turun ke lapangan hanya ingin mempertanyakan kepada para pemain dan ofisial kenapa tim kembali kalah. 

"Kami sudah turun kemarin, memang pertandingan tanpa penonton tidak seru, tidak hidup, suatu kesebelasan tanpa suporter itu juga tidak hidup," buka Erwin Tobing dalam program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Rabu (5/10/2022). 

"Ini sebagai contoh, begitu besar dan banyaknya pendukung Arema, terlepas yang murni atau penyusup, tapi mereka sangat mencintai klubnya."

"Jadi kejadian ini terjadi sebenarnya karena rasa sayang, rasa cinta kenapa Arema kalah berturut-turut. Ini mungkin menimbulkan kekecewaan dari pendukung fanatik dari Arema sehingga mereka spontanitas turun untuk menanyakan, tidak niat mukul," jelas Erwin Tobing terkait temuan dalam investigasi yang dilakukan PSSI. 

Baca Juga: Update Tragedi Kanjuruhan: 31 Anggota Polri Diperiksa terkait Pelanggaran Kode Etik

"Karena saya lihat, tidak ada pemukulan. Mereka tidak memukul pemain karena itu pemainnya sendiri. Saya kan mendatangi Arema, mereka memang pemain tidak ada yang dipukul dan dianiaya."

"Kita kan melihat, tidak ada penghancuran, stadion tidak dirusak, mobil Arema tidak dirusak."

"Tapi karena merasa kecewa, mereka turun. Itu yang salahnya, tidak tertib. Tentu aparat merasa pemain dan pelatih, wasit dalam bahaya, lalu diusir."

"Tentu takut dong ribuan orang masuk ke dalam lapangan, pemain Arema masih ada di situ," ujarnya. 

 

Sementara mengenai adanya kericuhan antara aparat keamanan dan suporter, Erwin Tobing menjelaskan hal tersebut mungkin terjadi karena ada kekerasan yang dilakukan. 

"Mungkin itulah imbas karena memang kita juga harus maklum. Aparat keamanan kan takut, kok tiba-tiba masuk merangsek dari dua, empat orang, langsung ribuan. Ini kan tentu pemain harus dijaga," lanjutnya. 

"Tidak untuk menyerang aparat juga. Tapi kan tindakan polisi tentu benar untuk mencegah karena pemain masih di dalam."

"Mungkin saat disuruh mundur itu, karena tidak diikuti, ada sedikit kekerasan. Nah itu mungkin yang membuat mereka marah karena cara mengusirnya, mereka tidak terima."

"Sebenarnya orang-orang Arema itu baik-baik ya, cinta, tidak memulai, karena stadion tidak dirusak," imbuhnya. 

Saat ditanya tentang sejumlah mobil polisi yang rusak, Erwin menjawab bahwa itu biar pihak kepolisian yang menjawab.

"Itu mungkin dampak semuanya, biarlah pihak kepolisian yang menilai, saya tidak dalam kompetensi itu untuk menjawabnya," ujarnya.  

Baca Juga: Ayah Korban Tragedi Kanjuruhan: Itu Nyawa Orang, Tidak Bisa Ditukar Dengan Apapun

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU