> >

Kisah Remaja MTs di Malang Kehilangan Sahabat Karib dalam Tragedi Kanjuruhan

Sepak bola | 4 Oktober 2022, 05:17 WIB
 Polisi dan tentara berdiri di tengah kabut gas air mata dalam pertandingan Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Kekacauan dalam pertandingan ini menewaskan 125 orang. (Sumber: Yudha Prabowo/Associated Press)

MALANG, KOMPAS.TV - Tragedi Kanjuruhan masih meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan sahabat karib dari Ahmad Fajar Khoiron (15). Fajar merupakan salah satu korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan. 

Remaja yang masih duduk di bangku MTs Al Ma'arif 2 Singosari itu adalah salah satu dari ratusan korban meninggal usai laga pekan 11 Liga 1 2022-23 antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam WIB. 

Fajar menonton laga tersebut bersama delapan teman lainnya. Salah satunya adalah Arya Catur Airlangga (17). 

Arya dan teman-temannya berkumpul di rumah almarhum Fajar yang terletak di Jl Candra Kirana, Gg Manggis, Dusun Sanan, Watugede, Kecamatan Singosari sebelum bertolak ke Stadion Kanjuruhan. 

Baca Juga: Apa Saja Langkah Yang Sudah Diambil Menpora Agar Tragedi Kanjuruhan Tidak Terulang Kembali?

Kesembilan orang tersebut mendukung Singo Edan (julukan Arema FC) dari tribun gate 10. 

Semula, semuanya terlihat lancar. Pertandingan berjalan sengit dan tidak ada tanda-tanda kericuhan akan terjadi. Pasalnya, di staidon juga tidak ada pendukung Persebaya. 

Namun, kalah pertandingan berakhir dan Arema FC harus mengakui keunggulan Persebaya dengan skor 2-3, sejumlah suporter mulai meluapkan kekecewaan dengan masuk ke lapangan. 

Rombongan Arya dan almarhum Fajar hanya duduk dan melihat dari tribun. Akan tetapi, tiba-tiba petugas mulai menembaki tribun penonton dengan gas air mata. 

Baca Juga: Cerita Seorang Ibu yang Kehilangan Anaknya Saat Tragedi Kanjuruhan, Sumarsih: Saya Cuma Bisa Nangis

Ribuan suporter panik, berhamburan, dan berdesak-desak ke pintu keluar stadion.

"Saat itu, memang sudah mulai ramai. Tapi kami hanya duduk dan menunggu di tribun, untuk antre keluar. Tapi tiba-tiba, ada petugas menembakkan gas air mata sebanyak tiga kali," ujarnya dikutip dari TribunJatim.com, Senin (3/10/2022).

"Saat itu saya sempat tertindih dan sudah lemas. Namun, saya disemangati dan dibantu suporter lain," sambungnya.

Meskipun berhasil keluar, Arya dan rombongannya terpisah dengan Fajar. 

"Tapi saat itu, kami tidak menemukan almarhum Fajar ini. Saat kami cari, ternyata almarhum sudah tergeletak di depan pintu keluar gate 10. Kemudian, dibawa bawa ke ambulans, namun meninggal saat perjalanan," terangnya.

Tragedi Kanjuruhan ini tidak pernah terbayangkan di benak Arya dan teman-temannya yang selamat. Niat hati ingin mendukung klub kesayangan, tetapi harus pulang tanpa sahabat karib. 

Baca Juga: Kisah Dua Jurnalis yang Ikut Bantu Evakuasi Korban Tragedi Kanjuruhan, Begini Ceritanya...

"Kami tidak berharap banyak, kami hanya menyesalkan tindakan aparat. Kenapa menembakkan gas air mata ke tribun. Semoga, almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa," pungkasnya.

Sumiati, ibu dari almarhum Fajar tidak memiliki firasat apapun bakal ditinggal selamanya oleh sang anak. 

"Biasanya itu bilang, kalau sudah sampai. Tetapi karena HP nya rusak, jadi tidak bisa menghubungi. Dan saya juga tidak ada firasat apapun, sampai kejadian itu terjadi," ujar Sumiati.

 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Tribun Jatim


TERBARU