> >

Pandemi Bikin Serie A Terancam Bangkrut, Inter Milan Minta Bantuan Pemerintah

Kompas sport | 27 Januari 2022, 21:16 WIB
Penonton Serie A menjaga jarak dalam pertandingan Inter Milan vs Genoa pada Agustus 2021 lalu. Jelang putaran kedua, 10% pemain Serie A dilaporkan terjangkit Covid-19. (Sumber: Antonio Calanni/Associated Press)

MILAN, KOMPAS.TV - Inter Milan melalui CEO Giuseppe Marotta menyebut kompetisi sepak bola teratas di Italia, Serie A, sudah terancam bangkrut dan membutuhkan bantuan dari pemerintah. 

Pria yang akrab disapa Beppe Marotta tersebut Serie A di ambang kebangkrutan setelah dihantam pandemi selama dua tahun terakhir. 

Menurut Marotta, pemerintah serta lembaga politik Italia tidak boleh mengabaikan hal ini. 

Ia bahkan menyebut, sistem Serie A memang sudah bermasalah dan pandemi hanya memperparah situasi. 

Baca Juga: 10 Persen Pemain Serie A Positif Covid-19, Liga Dipastikan Tetap Berlangsung

"Serie A dan liga sepak bola Italia secara umum berisiko bangkrut," sebut Marotta, dikutip dari surat kabar Italia, Il Sole 24 Ore. 

"Pemerintah dan lembaga politik tidak dapat mengabaikan ini lagi. Ini Sistem yang berada di ujung jurang yang tanpa diragukan lagi sudah bermasalah sebelum Covid-19, tetapi hampir tidak menerima dukungan dalam dua tahun selama pandemi."

Mantan CEO Juventus tersebut hanya ingin pemerintah memberi izin kepada klub-klub Serie A Liga Italia untuk segera menambah kapasitas penonton di stadion.

Seperti diketahui, Italia sempat menjadi negara dengan kondisi pandemi terparah di Eropa. Tak ayal, saat kompetisi mulai bergulir, pemerintah memberi batas maksimum penonton yang bisa hadir di stadion. 

Usai varian Omicron merebak, pemerintah memangkas penonton yang hadir di stadion menjadi hanya 5.000 orang saja.

Namun, Marotta menganggap implementasi protokol kesehatan di stadion sudah terbukti dapat mengontrol penyebaran virus corona. 

Baca Juga: 10 Persen Pemain Serie A Positif Covid-19, Liga Dipastikan Tetap Berlangsung

"Fasilitas luar ruangan tidak diragukan lagi aman saat semua memakai masker dan kapasitas berkurang hingga 50 persen," sambung Marotta.

"Memangkas kapasitas menjadi 5.000 orang membuktikan pengorbanan kami," ucap Marotta menjelaskan.

"Jika Perancis bersiap menyambut 100 persen kapasitas stadion, seperti yang sudah terjadi di Inggris, apakah masuk akal bagi kami untuk mempertahankan jumlah penonton yang lebih sedikit?"

 

 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Il Sole 24 Ore


TERBARU