> >

Pengakuan Korban Kerusuhan di Stadion Piala Afrika: Saya Sangat Beruntung Masih Hidup

Kompas sport | 26 Januari 2022, 22:45 WIB
Pengakuan korban kerusuhan di Stadion Stadion Olembe, Yaounde dalam laga babak gugur Piala Afrika 2021 antara Kamerun vs Komoro, Senin (24/1/2022) kemarin yang menewaskan delapan orang. (Sumber: Sahara Reporters)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ndombi Irene, salah satu korban selamat kerusuhan di Stadion Olembe, Yaounde dalam laga babak gugur Piala Afrika 2021 antara Kamerun vs Komoro, Senin (24/1/2022) kemarin. 

Dalam tragedi yang menewaskan delapan orang tersebut, Irene yang berusia 46 tahun datang ke stadion bersama putranya. 

Irene menceritakan bahwa awalnya tidak ada hal aneh yang dilihatnya, namun saat ia akan menjalani pemeriksaan tiket, ia menyadari bahwa pintu masuk terlalu kecil. 

"Saat kami mendekati pintu masuk pertama, di mana kami seharusnya diperiksa untuk lulus Covid dan tiket pertandingan, saya menyadari pintu masuknya terlalu kecil," katanya kepada Piers Edwards dari BBC Sport Africa.

"Kemudian polisi tiba-tiba meminta kami untuk berhenti. Saya tidak tahu mengapa - mungkin mereka ingin melakukan pemeriksaan atau semacamnya."

Namun Irene kemudian melihat para polisi tersebut mulai kewalahan untuk mengatur kerumunan yang ingin segera masuk ke stadion karena pertandingan akan dimulai. 

Ia pun mulai menyadari bahwa tidak mungkin semua orang bisa masuk sebelum pertandingan Piala Afrika antara Kamerun vs Komoro dimulai. 

Lama kelamaan, kerumunan semakin padat dan Irene pun terjebak di tengah, tak bisa maju ke depan atau pun mundur untuk keluar dari kerumunan. 

Baca Juga: Hasil Piala Afrika: Gambia ke Perempat Final, Bek Komoro yang Jadi Kiper Susahkan Kamerun

"Saya tidak berada di baris pertama. Ada orang lain di depanku. Saya sekitar 10 baris dari depan, terjebak di tengah-tengah orang," ungkapnya. 

"Saya terjebak di sana tidak lebih dari 15 menit tapi sangat intens, sangat parah."

Dan di saat itulah kerusuhan dimulai ketika orang-orang mulai saling dorong yang menyebabkan pagar portabel yang digunakan untuk pembatas jatuh. 

"Kerumunan begitu besar sehingga penyerbuan terjadi secara tiba-tiba. Dorongan di belakang memaksa kami di depan untuk jatuh dan mereka yang dari belakang berjalan di atas kami – menghancurkan kami," kisahnya. 

"Sebagian besar dari kami tersedak debu yang ada di lantai. Saya benar-benar sesak – penglihatan saya kabur – saya tidak bisa melihat."

"Butuh beberapa waktu untuk saya bisa melihat lagi. Saya bahkan sempat tidak bisa berbicara."

Di saat kritis itulah kemudian ada seseorang yang menyelamatkannya dan menariknya keluar dari kerumunan. 

Beruntung putranya dan beberapa rekan yang ikut bersamanya juga bisa selamat dari insiden yang mengerikan di Piala Afrika 2021 itu. 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Iman-Firdaus

Sumber : BBC Sport


TERBARU