> >

Menpora: Dalam DBON, Atlet Olimpiade dan Paralimpiade Diperlakukan Setara

Kompas sport | 17 September 2021, 01:05 WIB
Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali menegaskan bahwa dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) atlet Olimpiade dan Paralimpiade akan diperlakukan secara setara. (Sumber: Kemenpora.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menegaskan, dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), atlet Olimpiade dan Paralimpiade akan diperlakukan sama dan setara. 

Sebelum gelaran Paralimpiade Tokyo 2020 mungkin tak banyak yang mengenal nama Leani Ratri Oktila, Khalimatus Sadiyah, Hary Susanto, David Jacobs, Sapto Yogo Purnomo, hingga Ni Nengah Widiasih. 

Namun, prestasi yang mereka raih di Paralimpiade Tokyo 2020 membuat publik kini tahu bahwa Indonesia mempunyai atlet-atlet disabilitas yang hebat. 

Leani Ratri Oktila yang berhasil meraih dua medali emas mengaku, dia sempat merasa iri dengan perlakuan berbeda yang didapat atlet Olimpiade dengan Paralimpiade. 

Ia pun berharap di masa depan tidak akan ada perbedaan lagi yang diberikan kepada atlet Olimpiade dengan Paralimpiade. 

Menanggapi hal tersebut, Menpora Zainudin Amali menegaskan bahwa ke depannya atlet Olimpiade dan Paralimpiade akan diperlakukan secara setara. 

Dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang ditandatangani Presiden Jokowi pada 9 September 2021 lalu, Menpora Amali mengatakan, semua atlet baik Olimpiade atau Paralimpiade akan mendapatkan perlakuan dan fasilitas yang setara. 

Baca Juga: Atlet Bulu Tangkis Peraih Medali Emas di Paralimpiade Ingin Sampaikan Ini ke Presiden Jokowi

"Pada 9 September 2021, bapak presiden menandatangani Perpres tentang Desain Besar Olahraga Nasional. Dalam DBON ini, kami memberikan tempat yang setara kepada atlet Olympic dan Paralympic," kata Menpora dalam program ROSI KompasTV yang tayang, Kamis (16/9/2021). 

"Tentu kita akan memfasilitasi sama persis apa yang didapat atlet Olympic mulai dari persiapannya, pelatnasnya, pengiriman ke kualifikasi kemudian saat bertanding semuanya kami setarakan, tidak ada perbedaan sedikit pun."

"Karena kami tahu bahwa teman-teman yang terhimpun di NPC (National Paralympic Committee) ini punya kemampuan."

Menpora pun melihat semua atlet di NPC mempunyai semangat untuk membuktikan diri bahwa mereka tidak kalah dari atlet Olimpiade. 

Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi seluruh atlet difabel, khususnya yang berada di daerah. 

Selain menyetarakan perlakuan atlet Olimpiade dan Paralimpiade, dalam DBON juga tertuang berbagai program untuk pembinaan, rekruitmen, dan target cabang olahraga Olimpiade unggulan hingga 2044, setahun sebelum Indonesia Emas 2045.

Baca Juga: Menpora Zainudin Amali Pastikan Persiapan PON XX Papua Telah Rampung

Menpora mengakui tak bisa menggarap semua 70 cabang olahraga yang terdaftar di KONI karena keterbatasan sumber daya. 

Maka dari itu dipilihlah 12 cabor yang mempunyai potensi untuk berprestasi di Olimpiade. 

"Tidak mungkin sekitar 70 cabor yang ada di KONI kita garap semua, sumber daya kita terbatas," kata Zainudin Amali dikutip dari laman resmi Kemenpora.

"Kita prioritaskan pada yang dipertandingkan di Olimpiade, kemudian dari hasil diskusi dengan para pakar kita harus memperhatikan kondisi fisik yang bisa bersaing dan unggul sehingga ditetapkan cabang-cabang yang menitikberatkan pada akurasi dan teknik," jelas Menpora Amali.

"Ada 12 nomor Olimpiade yang menjadi unggulan, yaitu bulutangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, dayung, dan senam artistik. Sementara 2 yang dipersiapkan karena punya potensi besar yaitu pencak silat dan wushu," jelas Menpora. 

Dengan adanya DBON ini diharapkan, prestasi olahraga Indonesia bisa terus berlanjut dan tidak hanya terjadi satu atau dua kali seperti saat ini.  

Baca Juga: Atlet Olimpiade-Paralimpiade Tokyo hingga Panglima TNI-Kapolri Terima Penghargaan di Haornas 2021

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU