> >

Jokowi Sering Ajak AHY Kunjungan Kerja, Pengamat: Bentuk Bulan Madu Politik

Politik | 3 Maret 2024, 09:47 WIB
AHY Lari pagi di IKN, Ia mengaku kerasan dan udaranya sangat sejuk saat pagi hari. (Sumber: Instagram)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Seringnya Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi mengajak Menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam kunjungan ke berbagai daerah merupakan bentuk bulan madu politik.

Penilaian itu disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Indonesia, Adi Prayitno, Sabtu (2/3/2024).

“Saya kira ada dua hal terkait dengan seringnya Jokowi mengajak AHY dalam sejumlah kunjungan kerja ke berbagai daerah,” kata dia, dikutip dari laporan jurnalis KompasTV Thifal Soles dan M Djamzari.

“Pertama, ini adalah bentuk dari bulan madu politik antara Jokowi dan AHY yang kita tahu bersama sepanjang 9 tahun lamanya AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat cukup lantang dan cukup keras mengkritik Jokowi,” tambah Adi Prayitno.

Baca Juga: Ridwan Kamil: Jokowi Rileks dan Sering Ketawa Lepas saat Bermalam di IKN

Namun, lanjut dia, sejak Jokowi menunjuk AHY menjadu menteri yang notabene pembantu presiden, maka kebersamaan sudah mulai terjalin antara keduanya.

“Jadi tidak mengherankan kalau kemudian keduanya ini sangat terlihat intim hangat dan cukup mesra di berbagai event-event politik strategis, salah satunya adalah ketika kunjungan kerja di mana Jokowi sering mengajak AHY di dalamnya.”

“Jadi pesan politiknya adalah ini adalah bulan madu antara Jokowi dan AHY yang saya kira dalam waktu seminggu dua minggu ini keduanya saling berkongsi satu sama yang lain setelah sepanjang 9 tahun lamanya keduanya saling berkonfrontasi dan saling berhadap-hadapan,” bebernya.

Tapi, lanjut Adi Prayitno, yang menarik menurut dirinya, publik menduga-duga jangan-jangan kunker bersama AHY tersebut sebagai salah satu bentuk penegasan bahwa AHY dan Partai Demokrat bisa mengendalikan dan mengorkestrasi kepentingan politiknya.

Sebab, kata dia, ketika Prabowo dan SBY beberapa kali melakukan pertemuan misalnya, hal itu dinilai sebagai upaya Prabowo sedang mencari keseimbangan politik.

“Karena partai-partai pendukung Prabowo-Gibran di 2024 ini terutama Golkar dan PAN dinilai lebih condong dan lebih dekat kepada Pak Jokowi.”

“Oleh karena itu Prabowo melalui SBY tentu saja yang beberapa waktu yang lalu melakukan pertemuan berulang kali sebagai upaya pendekatan kepada SBY dan Partai Demokrat bahwa Demokrat harus tegak lurus bersama Prabowo,” tuturnya.

Oleh karena itu, ketika Prabowo identik dengan diasosiasikan dekat dengan Partai Demokrat maka pada saat yang bersamaan, publik juga menilai bahwa kebersamaan tersebut Jokowi yang mengajak Demokrat bergabung ke pemerintahan.

Baca Juga: AHY Nyatakan Siap Tinggal di IKN Usai Dampingi Jokowi Kunker ke IKN

“Saya kira dua hal itu yang menurut saya bisa ditafsirkan ya. Saya kira publik selalu menebak dan menerka apa yang selalu muncul soal kebersamaan Jokowi dan AHY,” ucapnya.

“Lalu pertanyaannya adalah apakah dengan kedekatan Jokowi dan AHY akan memberikan faedah elektoral kepada AHY? Tentu bagi saya tidak sesederhana itu.”

Ia berpendapat, basis pemilih Jokowi berjarak dengan pemilih Partai Demokrat. Jokowi dan AHY mungkin selesai dalam rekonsiliasi politik nasional, tapi basis pemilih partai Demokrat dengan basis pemilu Jokowi tidak pernah ada titik temu.

“Karena itu, satu-satunya cara supaya AHY elektabilitasnya bagus di masa yang akan datang, performa politiknya bagus, dan diperhitungkan sebagai calon pemimpin ke depan tentu bukan karena faktor Jokowi.”

“Tapi karena faktor kinerja yang bisa harus diperhatikan oleh Jokowi ketika AHY misalnya sebagai menteri, “ tutur Adi Prayitno.

Pembuktian dari AHY  sebagai orang yang saat ini menjabat sebagai pejabat publik, bahwa ia bisa melakukan sesuatu yang penting di negara ini, merupakan satu-satunya cara membuktikan bahwa stamina dan performa politik AHY  layak diperhitungkan orang.

“Kemudian dianggap sebagai sosok potensial yang kemungkinan di masa yang akan datang sebagai figur sentral yang sangat kompeten untuk maju di Pilpres misalnya. Jadi kuncinya di AY bukan karena nempel ke Pak Jokowi.”

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU