> >

Hoaks Kabar Ulat Kucing Sebabkan Kematian 16 Anak, Ini Penjelasan Kemenkes

Humaniora | 28 Februari 2024, 07:45 WIB
Ilustrasi. Baru-baru ini, beredar konten di media sosial yang menyatakan bahwa ulat berbulu dapat menyebabkan kematian dalam waktu empat jam setelah menyuntikkan racunnya. Namun, asal usul ancaman dari ulat berbulu ini belum jelas. (Sumber: Kemenkes)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Baru-baru ini, beredar konten di media sosial yang menyatakan bahwa ulat berbulu dapat menyebabkan kematian dalam waktu empat jam setelah menyuntikkan racunnya.

Namun, asal usul ancaman dari ulat berbulu ini belum jelas.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Syahril mengatakan, ulat yang dimaksud merupakan puss caterpillar atau ulat kucing atau ulat asp yang banyak ditemukan di wilayah selatan Amerika Serikat. 

"Ulat ini dapat tumbuh dengan panjang sekitar 1 inci dan ditutupi oleh bulu berwarna abu abu dan oranye," kata Syahril dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/2/2024). 

Ia menjelaskan, ulat ini memang memiliki kelenjar racun yang terletak di dasar tubuh dan tersembunyi di antara bulunya yang lebat. Sengatan ulat ini dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap orang. 

Baca Juga: Balita di Cisarua Tewas Akibat Tersengat Tawon, Ternyata Begini Kronologinya!

Sengatan ulat ini hanya berbahaya bagi orang yang menderita reaksi ekstrem terhadap gigitan serangga

“Faktanya memang beracun, tapi tidak ada fakta yang menyebutkan kalau ulat ini bisa membunuh manusia. Hoaks itu,” tegasnya. 

Syahril menerangkan, jika Anda terkena sengatan ulat berbulu ini, hal pertama kali harus dilakukan adalah mencuci area tubuh yang terkena sengatan dengan sabun dan air untuk mengurangi rasa sakit.

Anda juga disarankan menggunakan krim anti-gatal jika sengatan mulai terasa gatal.

Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU