> >

Respons Istana soal Pernyataan Guntur Soekarnoputra Singgung Nasib Jokowi jika Ganjar-Mahfud Menang

Politik | 30 Januari 2024, 20:30 WIB
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menyebut Kemensetneg belum menerima surat pemberitahuan penetapan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri sebagai tersangka, Kamis (23/11/2023). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mendorong agar persaingan politik di Pilpres 2024 tidak berujung rengangnya persatuan sesama anak bangsa. 

Menurutnya kedewasaan berdemokrasi dan berpolitik sangat dibutuhkan untuk membangun Indonesia ke depan. 

Hal tersebut terkait pernyataan Ketua Dewan Idiologi DPP PA GMNI yang juga putra sulung Presiden ke-1 RI Soekarno, Guntur Soekarnoputra. 

Guntur saat ikut kampanye akbar Capres dan Cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD menyebut jika Ganjar-Mahfud terpilih dan memiliki kekuasaan serta hak prerogatif untuk mengurus hal lain. Termasuk dengan Joko Widodo atau Jokowi.

Ari lebih sependapat dengan Ganjar yang menyatakan perbedaan politik di Pilpres pasti menonjol. Namun perlu diingat tiga pasangan Capres dan Cawapres merupakan anak bangsa. 

Baca Juga: Analisis Pengamat Politik soal Makna Orasi Guntur Soekarno yang Singgung Masa Depan Jokowi

Ari juga mengingat pidato Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945 yang mendorong adanya persatuan Indonesia. Semangat itu tentu harus menjadi pegangan meski perbedaan politik dan pilihan terjadi di setiap Pemilu. 

"Yang disampaikan Mas Ganjar itu penting bahwa bangsa ini tidak bisa dibangun sendiri, harus dibangun bersama berdasarkan kolaborasi, berdasarkan sinergi dan gotong royong," ujar Ari di Gedung Kemensetneg, Jakarta, Selasa (30/1/2024).

"Walaupun memang ada yang di pemerintahan, ada yang di luar pemerintahan tapi semangatnya harus sama, yaitu sama-sama membangun negara ini lebih maju dan gotong royong," imbuhnya. 

Lebih lanjut Ari menekankan persaingan politik jangan sampai membuka jarak dan membuat berjarak satu sama lain. Bahkan sampai menganggap lawan politik itu sebagai musuh.

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU