> >

'Serangan' Anies ke Prabowo di Debat Capres: Tak Tahan jadi Oposisi hingga Orang Dalam Menyebalkan

Rumah pemilu | 13 Desember 2023, 05:15 WIB
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto berinteraksi dalam debat di Gedung KPU, Selasa (12/12/2023). (Sumber: Tangkapan layar YouTube KPU)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, beberapa kali melancarkan ‘serangan’ terhadap capres nomor urut 2 Prabowo Subianto, dalam debat perdana capres yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023) malam.

Mulai dari soal oposisi, proses pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres), orang dalam (ordal), hingga sebut Prabowo berbicara tak pakai data.

Berikut Kompas.tv rangkum sejumlah 'serangan' yang dilakukan Anies terhadap Prabowo.

Baca Juga: Ganjar Tanya Makam Orang Hilang di Kasus Pelanggaran HAM Berat, Prabowo: Itu Tendensius

Prabowo Tidak Tahan jadi Oposisi

Dalam pertanyaan soal demokrasi, Anies menjelaskan bahwa oposisi penting dalam proses demokrasi karena akan memberikan perspektif yang berbeda, khususnya dalam proses pengambilan keputusan.

Ia lalu mengatakan bahwa Prabowo merupakan politikus yang tidak tahan berada dalam posisi sebagai oposisi. 

“Oposisi itu penting dan sama-sama terhormat. Sayangnya, tidak semua orang tahan untuk menjadi oposisi. Seperti disampaikan Pak Prabowo, Pak Prabowo tidak tahan untuk menjadi oposisi,” kata Anies di Gedung KPU, Selasa, dikutip dari tayangan Live KompasTV.

“Beliau sendiri menyampaikan bahwa tidak berada dalam kekuasaan membuat tidak bisa berbisnis, tidak bisa berusaha, karena itu harus berada di dalam kekuasaan,” sambungnya.

Baca Juga: Sebut Usung Anies di Pilkada DKI, Prabowo: Kalau Demokrasi Tidak Jalan, Tak Mungkin Jadi Gubernur

Pencalonan Gibran

Pada segmen berikutnya, Anies diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan kepada Prabowo. Ia lalu menanyakan soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memutuskan bahwa kepala daerah yang belum berusia 40 tahun dapat mendaftar sebagai capres-cawapres.

Putusan yang diketok oleh eks Ketua MK Anwar Usman pun menjadi karpet merah bagi Gibran untuk maju sebagai cawapres Prabowo. Belakangan, Majelis Kehormatan MK (MKMK) menyatakan bahwa Anwar Usman melanggar etik berat dalam putusan tersebut.

Anies mengatakan, Prabowo seharusnya memiliki waktu untuk melakukan perubahan pada proses pendaftaran capres-cawapres di KPU.

“Sesudah bapak mendengar bahwa ternyata pencalonan persyaratannya bermasalah secara etika, apa perasaan bapak?” tanya Anies ke Prabowo.

Baca Juga: Anies Baswedan: Dalam Sejarah Gubernur Jakarta, Saya yang Paling Banyak Berikan Izin Rumah Ibadah

Orang Dalam Menyebalkan

Masih dalam konteks yang sama, Anies pun menyinggung soal fenomena orang dalam (ordal). Anies memberikan contoh fenomena ordal, seperti ketika seseorang hendak mendaftar sekolah, tiket konser, hingga kejuaraan.

“Fenomena ordal ini menyebalkan,” ucap Anies.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpendapat bahwa fenomena ini membuat meritokrasi di Indonesia tidak berjalan. Fenomena tersebut juga membuat Tanah Air rusak. Ia juga menyinggung bahwa fenomena ordal ini juga terjadi di pemerintahan.

“Fenomena ordal tidak hanya terjadi di masyarakat, tapi di proses paling puncak terjadi ordal,” tegasnya.

Baca Juga: Debat dengan Anies soal Putusan MK, Prabowo: Saya Tidak Takut Tidak Punya Jabatan, Sori Ya

Bicara Tak Pakai Data

'Serangan' Anies yang selanjutnya adalah menyebut Prabowo tidak menggunakan data saat menyampaikan pendapat maupun memberikan pertanyaan. Hal ini terjadi ketika Prabowo bertanya ke Anies soal Jakarta yang mengalami polusi udara cukup parah, sementara anggaran pembangunan untuk Jakarta cukup besar.

Anies lantas menjelaskan bahwa polusi udara di Jakarta tidak hanya berasal dari dalam kota, melainkan juga dapat bersumber dari kota tetangga yang terbawa oleh angin.

Prabowo pun menanggapi jawaban Anies. “Susah kalau kita menyalahkan angin,” kata Prabowo.

Anies kemudian menyindir orang yang berbicara tidak menggunakan data. 

“Inilah bedanya yang berbicara pakai data, yang berbicara pakai fiksi. Saya pakai data,” ucapnya.

 

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU