> >

Survei Litbang Kompas: 71,6 Responden Yakin Masyarakat Tetap Bersatu di Masa Pemilu 2024

Rumah pemilu | 11 Juli 2023, 08:27 WIB
Seorang pemulung melintas di depan tulisan bertema persatuan di kawasan Prumpung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). (Sumber: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN )

JAKARTA, KOMPAS TV - Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan sebanyak 71,6 responden meyakini masyarakat tetap bersatu di masa Pemilu 2024. Besarnya modal sosial ini harus dibarengi dengan komitmen dari pemerintah dan elite politik.

Dikutip dari Kompas.id, Senin (10/7/2023), hasil survei menunjukkan, lebih kurang tiga perempat responden meyakini masyarakat bisa tetap bersatu di masa pemilu ini. Tidak hanya itu, sebagian dari responden bahkan sangat yakin akan terjaganya kerekatan antarmasyarakat.

"Hingga kini, nuansa perpecahan akibat polarisasi politik memang belum terlalu dirasakan publik. Besar kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh masih sangat cairnya konsolidasi dan potensi koalisi politik," tulis tim Litbang Kompas. 

"Masih dinamisnya konsolidasi elite ini membuat identifikasi dan identitas pilihan politik sulit tumbuh di akar rumput," ujarnya. 

Baca Juga: Bawaslu Minta Masyarakat Aktif Laporkan Dugaan Pelanggaran Pemilu 2024

Hasil survei juga menunjukkan sebanyak 65,9 responden menyatakan situasi politik saat ini masih relatif tenang, meskipun hampir sepertiga responden lainnya mengaku telah melihat munculnya gejala-gejala polarisasi politik.

Masih belum memanasnya suhu politik ini dirasakan masyarakat karena perdebatan politik masih terlokalisasi di kanal-kanal daring. Tiga perempat bagian responden jajak pendapat mengaku telah melihat gejala polarisasi tersebut di media sosial. 

Beberapa contohnya ialah warganet yang saling menghina pilihan politik (30,9 persen), munculnya narasi politik kebencian (26,7 persen), dan mulai terlihatnya buzzer politik (21,5 persen).

Walaupun gejalanya belum dirasakan dalam taraf yang parah, bukan berarti publik tidak khawatir dengan polarisasi politik di masa pemilu. 

Hasil survei menunjukkan, sebagian besar responden menyatakan khawatir dengan potensi keterbelahan. Setidaknya lebih dari separuh responden (56 persen) merasa khawatir dengan adanya perpecahan di masa Pemilu 2024.

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Sebagian besar responden mengatakan, polarisasi politik, apalagi yang kemudian disertai narasi kebencian, berpotensi merusak demokrasi di Indonesia. 

Pengalaman di Pemilu 2019 menjadi catatan traumatis bagi sebagian besar masyarakat. Kontestasi pemilihan presiden kala itu sarat dengan tarik-menarik antarkubu pendukung capres.

Untungnya, selama satu tahun terakhir ini kekhawatiran masyarakat atas potensi polarisasi ini cenderung menurun. 

Sebelumnya, jajak pendapat Litbang Kompas pada akhir Mei 2022 merekam, sekitar 70 persen responden khawatir polarisasi yang terjadi akibat Pemilu 2019 berlanjut hingga Pemilu 2024. Sementara pada Juni, persentasenya turun menjadi 56 persen.

Meredanya kekhawatiran ini bisa jadi dipengaruhi oleh kian sempitnya jurang pemisah antara dua kubu yang dulu berkompetisi di Pemilu 2019. Hal ini pun 

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas.id


TERBARU