> >

Pendiri CSIS Ingatkan PDI Perjuangan untuk Tidak Berlebihan dalam Hal Ini, Ada Apa?

Politik | 26 Mei 2023, 10:45 WIB
Pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi di program Rosi KOMPAS TV, Kamis (25/5/2023). (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi mengingatkan PDI Perjuangan atau PDI-P untuk tidak berlebihan. 

Hal ini lantaran dirinya mendengar pernyataan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri soal banyak yang ingin bergabung di gerbong PDI-P serta banyak yang mengantre untuk menjadi cawapers bagi Ganjar Pranowo.

Menurut Jusuf, sebagai partai yang besar dan berpengalaman tidak perlu PDI-P menyatakan hal yang berlebihan.

Apalagi merasa seolah-olah seluruh negeri ini bergantung kepada PDIP semata. 

Baca Juga: Soal Bakal Cawapres Ganjar, Megawati: Tunggu, Banyak yang Antre

"Karena cinta saya ke PDI-P ini saya ingatkan PDI-P, jangan terlalu berlebih-lebihan, meski kamu besar sekarang belum tentu besok kamu segede itu lagi," ujar Jusuf di program Rosi KOMPAS TV, Kamis (25/5/2023) malam.

Jusuf mengakui PDI-P merupakan partai yang besar, bahkan di Pilpres 2024 partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputiri ini bisa mencalonkan sendiri pasangan calon presiden dan wakil presiden tanpa perlu membentuk koalisi. 

Namun masyarakat sudah mulai merasakan adanya sikap yang berlebihan dari partai kepala banteng moncong putih tersebut. Hal tersebut nantinya bisa merugikan PDI-P bukan hanya di Pemilu 2024, tetapi di pemilu selanjutnya. 

"Pemilu itu yang bisa merubah. Jangan berlebihan seolah seluruh negeri hanya bergantung pada PDI-P. Ini sudah mulai dirasakan banyak orang ini kok PDI-P ini mau apa, seakan-akan kita ini semua tergantung kepada PDI-P. Itu tidak benar, maka itu perlu jaga bagaimana pun juga," ujar Jusuf.  

Baca Juga: Peta Koalisi PDIP Menuju Pilpres 2024

Lebih lanjut Jusuf mengakui bahwa dirinya pendukung Megawati Soekarnopuri. Ia juga mengapresiasi keputusan Megawati memilih Ganjar Pranowo sebagai bakal Capres dari PDI-P.

Menurutnya, langkah Megawati tersebut menegaskan putri Presiden Presiden pertama RI Soekarno itu adalah seorang pemimpin yang realistis.

Megawati mengesampingkan keinginan pribadinya untuk menjadikan Puan Maharani menjadi seorang pemimpin negara dan memilih sosok yang lain. 

Saat Pilpres 2004, Jusuf ikut mendukung Megawati saat mencalonkan diri sebagai presiden. Bahkan dukungan kepada Megawati membuat hubungan dirinya dengan sang adik, Sofjan Wanandi mengalami masa "perang dingin", sempat tidak berkomunikasi selama tiga bulan. 

Baca Juga: Ungkap Banyak Parpol Ikut Gerbong PDIP, Megawati: Cuma Banyak yang Malu-Malu Kucing

Kala itu Sofjan memilih untuk mendukung pasangan capres-cawapres Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.

"Perang dingin" Jusuf dengan Sofjan berakhir di meja makan yang didamaikan oleh ibunda tercinta, almarhum Katerina Setiadi.

"Megawati ini pemimpin, jangan lupa ini anaknya Soekarno. Jadi dengan demikian harus diakui Megawati itu bernyali dan dia tahu apa yang harus dilakukan, apalagi kalau menyangkut perlawanan, jadi harus kita hormati dia itu," pungkas Jusuf. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU