> >

Supersemar Masih Gelap, Megawati Tantang Lemhanas: Berani Enggak Membuka Sejarah Ini?

Peristiwa | 20 Mei 2023, 19:17 WIB
Megawati Soekarnoputri saat menghadiri acara hari jadi ke-58 Lemhanas di Jakarta, Sabtu (20/5/2023). (Sumber: Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri, menyinggung episode pelengseran Soekarno dan misteri Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dalam peringatan hari jadi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Jakarta, Sabtu (20/5/2023).

Ketika menjadi pembicara di acara tersebut, ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu mengaku sampai hari ini tidak mengetahui naskah asli Supersemar.

“Saya sampai hari ini enggak pernah tahu (isi Supersemar). Saya tanya sama bapak saya, bapak saya bilang, 'Sudah ada di Pak Harto.' Why?" kata Megawati.

Baca Juga: Canda Megawati di Acara HUT ke-58 Lemhanas: Tak Dapat Amplop hingga Minta Tamu Semangat

Megawati menyinggung kekuasaan Soekarno yang dinilainya diputus oleh surat perintah tersebut. Padahal, sebelumnya, Soekarno telah ditetapkan menjadi presiden seumur hidup melalui Tap MPRS No. III/MPRS/1963.

"Kalian berani enggak membuka sejarah ini? Karena menurut saya ini adalah black dot bangsa,” kata Megawati di hadapan Lemhanas.

Why? Karena ya itu, seorang presiden sudah dijadikan presiden seumur hidup oleh MPR, lalu katanya dengan surat Supersemar, yang sampai saat ini enggak tahu isinya, enggak tahu di mana, maka dilengserkan lah,” lanjutnya.

Megawati kemudian menceritakan hari-harinya bersama Soekarno usai Peristiwa 1965 dan diterbitkannya Supersemar. Menurutnya, Soekarno saat itu marah kepadanya saat ditanyai mengenai situasi politik.

"Saya dimarahi, nangis 3 hari 3 malam. Dia bilang apa? ‘Hai, anak muda, apa tahu kamu soal Republik ini’ Nangis aku pergi dari kamar, ini the real story,” kata Megawati.

Megawati menambahkan, saat itu Soekarno berkata kepadanya bahwa situasi sekitar Peristiwa 1965 adalah “permainan.” Megawati menilai pelengseran Soekarno waktu itu dikarenakan “perang geopolitik.”

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU