> >

Pengamat Nilai Kritik JK terhadap Jokowi Untungkan Parpol-Parpol Pengusung Anies

Rumah pemilu | 8 Mei 2023, 20:11 WIB
Foto arsip. Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kiri) dalam sesi wawancara didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla di kediaman Kalla di Jalan Haji Bau Nomor 16, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (21/12/2018). (Sumber: Istimewa via kompas.com)

 

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kritik yang disampaikan politikus senior Partai Golkar, Jusuf Kalla atau JK, terhadap Presiden Jokowi soal ikut campur dalam perpolitikan jelang Pilpres 2024, dinilai dapat menguntungkan parpol-parpol pengusung Anies Baswedan.

 

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam Kompas Petang Kompas TV, Senin (8/5/2023).

“Tentu saja ada (keuntungan untuk parpol-parpol pendukung Anies), karena bagaimana pun juga approval Pak Jokowi sedang tinggi-tingginya sekarang,” tuturnya.

“Lembaga Survei Indonesia merekam 82 persen, dan lembaga saya 78 persen, dan kita menemukan suatu pola bahwa ketika approval rating presiden naik, yang tertekan adalah elektabilitas Anies,” imbuhnya.

Ia kemudian mencontohkan elektabilitas Anies yang menyalip elektabilitas Prabowo Subianto pada November 2022. Menurutnya, saat itu approval Jokowi turun enam poin.

“Jadi, kalau misalnya popularitas Pak Jokowi turun, yang untung adalah Anies Baswedan, begitu pula sebaliknya.”

Baca Juga: Politikus PDIP Bandingkan Pertemuan Jokowi dan Ketua Umum Parpol di Istana dengan Pernikahan AHY

Tapi, lanjut Burhanuddin, dirinya tidak mau masuk dalam perdebatan normatif dan hal ini dilihat dari kepentingan politik praktis.

“Makanya saya menyarankan, lebih baik yang bicara adalah orang-orang yang nirpartisan, orang-orang yang kita sebut saja guru bangsa, yang mengingatkan Pak Jokowi bukan karena tidak suka, tapi karena sayang.”

“Tapi karena yang mengkritik dan kemudian menjadi headline media adalah Pak JK, ya jangan salahkan publik juga kalau kemudian melihat apa intensi Pak JK ketika menyampaikan kritikan tersebut,” urainya.

Burhanuddin mengakui ucapan JK tersebut sebenarnya merupakan masukan yang bagus, jika dilihat dari substansinya.

Sebab, lanjutnya, bagaimana pun juga masukan JK kan bagian dari saran normatif yang sebaiknya dilakukan oleh pemimpin nasional.

“Apalagi kita kan bukan seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat biasa presiden incumbent kampanye langsung di 50 negara bagian buat penerusnya.”

Ia mencontohkan Barrack Obama yang berkampanye habis-habisan untuk Hillary Clinton saat istri mantan Presiden AS Bill Clinton itu bertarung melawan Donald Trump, meskipun akhirnya kalah.

“Tetapi dalam konteks di Indonesia, hal yang terang benderang seperti di Amerika itu dianggap kurang lumrah.”

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU