> >

Kemenkes Bagikan 66 Ribu Timbangan ke Berbagai Wilayah Indonesia untuk Deteksi Dini Stunting

Update | 28 Februari 2023, 15:42 WIB
Ilustrasi penimbangan bayi oleh petugas kesehatan untuk mencegah stunting. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah membagian 66 ribu timbangan ke posyandu dan puskesmas di berbagai wilayah di Indonesia sebagai upaya deteksi dini stunting, Selasa (28/2/2023).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pemerintah berupaya menyamakan alat ukur berat badan anak di seluruh wilayah Indonesia dengan membagikan 300 ribu timbangan yang ditargetkan selesai pada tahun 2024.

"Jadi tahun depan alat ukurnya bisa sama, supaya nimbangnya sama," jelas Budi di acara peluncuran Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi di Jakarta, Selasa (28/2) yang disiarkan secara daring di Youtube Kementerian Kesehatan.

Kesamaan pengukuran berat badan di seluruh wilayah Indonesia itu, kata dia, akan menjadi basis data survei stunting pemerintah. Sebab, kata Budi, masih ada provinsi yang bisa 100 persen mengukur secara lengkap terkait berat dan tinggi badan anak terutama balita untuk mencegah stunting.

Baca Juga: Soal Deteksi Dini Stunting, Menkes: Cermati 3 Hal Ini, Orang Tua Timbang Anak Balita Sebulan Sekali

Ia menerangkan, pihaknya membagikan timbangan dan antropometri baru agar cara pengukuran anak balita seragam di berbagai penjuru Nusantara.

"Sehingga bisa dilihat perbandingannya di seluruh daerah dengan pengukuran yang sama," ungkapnya.

Ia pun mengimbau orang tua untuk melakukan penimbangan bayi atau anak balita mereka setiap satu bulan sekali.

"Pesan bagi orang tua, penimbangan bayi atau anak balitanya perlu dilakukan setiap satu bulan sekali," ujar Budi.

Budi juga mengimbau agar para orang tua memastikan kenaikan berat badan anak balita mereka setiap bulan.

"Setiap bulan timbang, dan setiap timbang harus dipastikan berat badannya mengalami kenaikan," jelas Budi.

Ia pun mendorong para orang tua untuk segera berkonsultasi dengan dokter di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) apabila berat badan bayi maupun anak balita mereka tidak beranjak naik.

Baca Juga: Soal APBN 2024, Kemiskinan dan Stunting jadi Fokus Jokowi di Akhir Masa Jabatan

Budi menerangkan, ada tiga upaya orang tua untuk melakukan deteksi dini stunting pada anak. 

Pertama, melakukan penimbangan berat badan anak setiap bulan.

Kedua, memastikan berat badan anak naik setiap kali melakukan penimbangan berat badan.

Ketiga, berkonsultasi dengan dokter apabila berat badan anak tidak mengalami kenaikan setiap bulan.

Ia juga menekankan pentingnya pemenuhan gizi harian anak. Orang tua diimbau memberikan makanan bergizi, terutama yang kaya akan protein hewani, di antaranya telur, ikan, ayam, dan daging sapi.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menerangkan, Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi merupakan bagian dari upaya untuk mendeteksi dini tanda-tanda stunting pada anak balita.

Baca Juga: Cegah Stunting, Jokowi Sentil Kemenkes Beri Biskuit untuk Anak: Jangan Dilakukan Lagi

Melalui gerakan itu pemerintah mendorong orang tua untuk rutin membawa anak mereka ke posyandu atau puskesmas untuk menjalani pengukuran lingkar kepala, berat badan, dan tinggi badan.

"Selain ditimbang dan diukur, juga ada pemberian imunisasi, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A bagi balita, serta penyuluhan kesehatan oleh para kader kesehatan," ujar Muhadjir.

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 turun menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen pada 2021.

"Pemerintah menargetkan prevalensi stunting diharapkan bisa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang," tegas Muhadjir.

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU