> >

Sudah Lama Jadi Objek Penelitian, Lokakarya Ini Jawab Pertanyaan Bisakah Manusia Hidup di Mars

Sosial | 14 Desember 2022, 04:35 WIB
Peserta lokakarya yang terseleksi mengikuti 4 hari kegiatan dan berasal dari berbagai tempat di Indonesia terdiri dari 10 grup dan 11 karya yang masing-masing terdiri dari beberapa crew atau anggota. (Sumber: Doc ARCOLABS)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Lokakarya simulasi hidup di Mars yang diinisiasi Arcolabs dan VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station) secara daring pada awal Desember 2022 memberikan pencerahan seputar pertanyaan bisakah manusia hidup di Planet Mars.

Bertajuk Are You Ready for The Mars Mission? (Apakah Kamu Siap untuk Misi ke Planet Mars?), lokakarya ini diikuti 36 peserta terpilih yang terbagi ke dalam 13 grup dan dalam pelaksanaannya terdapat tiga grup yang gugur.

Lokakarya ini sudah digelar selama empat hari sejak 3 sampai 6 Desember 2022. Pada hari pertama, peserta mendapatkan sesi orientasi untuk membantu mereka membangun sistem modul untuk kehidupan baru di Mars.

Dalam dua hari berikutnya, para peserta akan mewujudkan modul yang direncanakan untuk mencari solusi kehidupan di Mars dalam berbagai perspektif sains antariksa.

Baca Juga: VMARS, Analog Mars Pertama di Asia Tenggara Gencar Promosi ke Luar Negeri

Hasilnya, dari 10 grup menghasilkan 11 karya dalam lokakarya ini.  Mereka membuat beragam peralatan dan perlengkapan yang jika diwujudkan bisa membantu manusia bertahan hidup di Mars.

Karya mereka dikumpulkan paling lambat satu bulan setelah lokakarya atau pada 6 Januari 2023. Modul final dipresentasikan di akhir lokakarya dan bakal dipamerkan dalam Indonesia UFO Festival 2023 di Yogyakarta.

“Tidak ada satu pun ide yang sama untuk dipresentasikan, mereka sangat kreatif,” ujar Venzha Christ, pendiri VMARS sekaligus pembimbing dalam lokakarya ini, Selasa (13/12/2022).

Seluruh proses kreatif ini dilakukan dalam kondisi isolasi, sesuai dengan rangkaian misi Mars.

Menurut Venzha Christ, ada beberapa ide yang sangat penting sebagai dasar untuk manusia bisa bertahan hidup di Planet Mars. Pertama, bagaimana mengubah banyaknya kandungan karbondioksida yang ada di sana menjadi oksigen yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas.

Kedua, bagaimana menjadikan Planet Mars sedikit demi sedikit menjadi hijau atau memiliki proses fotosintesis yaitu dengan proses terraforming.

Ia menyebutkan dalam lokakarya ini, para peserta menghasilkan banyak barang dan peralatan. Ada kelompok yang mendesain pakaian luar angkasa atau space suit untuk kegiatan Extra Vehicular Activity (EVA), rover atau wahana angkut di Planet Mars, green lab atau tempat untuk bercocok tanam, space farming atau modul untuk proses dan kegiatan menanam tumbuhan di Planet Mars, space architecture atau metode alternatif untuk membangun konstruksi bangunan fisik, merancang robot sebagai hewan peliharaan, dan sebagainya.

“Mars telah lama menjadi objek penelitian untuk habitat manusia setelah bumi. Namun, ada banyak kendala yang menghalangi kolonisasi manusia di Mars, termasuk tingkat oksigen yang rendah,” ucap Venzha.

Kendati demikian, ia berpegang pada upaya bersama untuk memajukan penelitian dan memperluas narasi melalui praktik artistik dan sains.

Lokakarya ini menjadi bagian dari kuliah umum bertajuk Art & Universe yang merupakan kolaborasi Korea Foundation bersama dengan Arcolabs dan VMARS. Selain Venzha Christ, ada pula Ayoung Kim, seniman dari Korea Selatan yang mempresentasikan gagasannya tentang dunia alternatif berdasarkan lingkungan sekitarnya.

Baca Juga: Bakal Jadi Simbol Indonesia dalam Eksplorasi Planet Mars, VMARS Dibangun di Yogyakarta Akhir 2022

Sementara, Direktur Korea Foundation Jakarta Choi Hyun Soo selalu berusaha terlibat dalam kolaborasi seni dan budaya yang bermakna. Kantornya yang didirikan pada 2019 bisa berkontribusi mengembangkan program yang membangkitkan pemikiran sekaligus relevan dalam memajukan diskusi tentang masa depan.

 

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU