> >

Analisis Ahli Psikologi Forensik soal Dugaan Perkosaan Prajurit TNI Berubah Jadi Suka Sama Suka

Peristiwa | 9 Desember 2022, 10:29 WIB
Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel dalam tayangan Kompas Petang Kompas TV, Selasa (30/8/2022). (Sumber: Tangkapan layar tayangan KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, memberikan analisis terkait perilaku asusila perwira Paspampres kepada  prajurit wanita kostrad. Awalnya kasus ini diduga pemerkosaan,  namun kini disebut suka sama suka. Peristiwa itu terjadi di Bali November 2022. 

Menurut Reza, kalau betul terjadi pemerkosaan, maka diduga pelaku yang berpangkat Mayor Paspampres tersebut harus dihukum berat. 

Namun bila tidak ada pemerkosaan, kata Reza, harus ada penjelasan. Reza lantas mengutip pernyataan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pada Kamis (8/12/2022) soal hasil pemeriksaan dari kasus tersebut yang disebut diduga tidak ada kasus pemerkosaan. 

"Tapi kalau bukan kejahatan seksual, lalu apa penjelasannya? Sebagaimana pandangan saya pada kasus PC (Putri Candrawathi) dan kasus Jombang (pemerkosaan santri), ini sepertinya merupakan false accusation (tuduhan palsu, red)," kata Reza dalam keterangannya kepada KOMPAS TV, Jumat (9/12/2022). 

"Jenisnya adalah relabelling. Yakni, relasi seks yang sesungguhnya konsensual diubah narasinya menjadi kejahatan seksual," tambahnya. 

Baca Juga: Fakta Baru Dugaan Anggota Paspampres Perkosa Prajurit, Panglima TNI Sebut Keduanya Bisa Tersangka

Reza lantas menyebutkan lebih lanjut soal relasi korban-pelaku dalam sebuah kasus yang dinarasikan sebagai kejahatan seksual.

"Mengapa ada orang (dalam hal ini perempuan) yang melakukan relabelling? Jawabannya adalah, misalnya, sebagai ekspresi dendam, menutupi aib, menyelubungi perasaan bersalah, dan menghindari amarah pasangan," tambahnya. 

"Relabelling adalah bentuk false accusation memunculkan keinsafan, khususnya pada diri saya, bahwa keberpihakan pada korban tetap tidak seharusnya memunculkan sikap apriori," jelasnya. 

"Bahwa kejadian diyakini adalah sama persis seperti yang disampaikan oleh orang yang mengaku sebagai korban, bahwa orang yang mengaku sebagai korban sama sekali tidak mungkin berbohong," sambungnya. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU