> >

11 November 1785 Pangeran Diponegoro Lahir, "Sang Ratu Adil" Pemimpin Utama Perang Jawa

Budaya | 11 November 2022, 05:43 WIB
Tepatnya 11 November 1785, Pangeran Diponegoro lahir dari keluarga para sultan di Yogyakarta.(Sumber: Kompas.com-)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pada hari ini, 11 November,  memiliki makna penting bagi seorang pangeran yang namanya menggemparkan kolonialisme Belanda di tanah air. Tepatnya 11 November 1785, Pangeran Diponegoro lahir dari keluarga para sultan di Yogyakarta.


Ayahnya, Gusti Raden Mas Suraja, yang di kemudian hari naik takhta bergelar Hamengkubuwana III.
Dari pihak ibu merupakan  selir (garwa ampeyan), bernama R.A. Mangkarawati, dari Pacitan.

Diponegoro lahir dengan nama Raden Mas Mustahar saat sahur pada bulan puasa. Peter Carey, penulis buku Diponegoro paling otoritatif dalam buku "Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855)," terbitan Kompas, menyebut dalam kronologi Jawa, tanggal kelahiran bakal calon raja ini menunjukkan pertanda baik. 

Baca Juga: Kisah Sedih Pangeran Diponegoro di Pengasingan, Dipisahkan dari Keluarga dan Ditinggal Mati Anaknya

Ketika bayi, sang pangeran pernah dibawa sowan oleh ibunya menghadap kakenya, Sultan Mangkubumi, yang sudah lanjut usia. Dan dia meramalkan bahwa bayi kecil itu bakal menimbulkan kerusakan pihak Belanda.  

Ramalan itu jadi kenyataan, ketika Diponegoro dewasa saat menerima nama dewasa dan gelar Raden Ontowiryo.  Dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar keraton bergaul dengan petani dan msayarakat. Kebencian pada para penjajah sudah tampak sejak remaja.

Dalam catatan orang Belanda di Jawa, Diponegoro muda digambarkan, "Seorang bangsawan, namun pada saat yang sama seorang yang penuh percaya diri, dianugerahi bakat kelihaian, watak yang kuat (dan) giat berusaha..."

Setelah melewati masa ketegangan dan goncangan dalam dalam istana akibat campur tangan Belanda, Diponegoro kemudian tampil sebagai sosok yang berani melawan kesewenang-wenangan kolonial. Dari sanalah sebutan "Ratu Adil" disematkan padanya, sebagai sosok yang dinantikan oleh masyarakat Jawa.

"Pangeran lantas keluar dari keremangan Tegalrejo dan berdiri tegak sebagai Ratu Adil yang sejak lama dirindukan dan dinanti-nantikan," tulis Peter carey.

Tegalrejo adalah tempat di mana pangeran dibesarkan bersama ibunya.

Akhirnya, perang Jawa pun meletus selama lima tahun (1825-1830). Pangeran Diponegoro tampil sebagai pemimpin utama. 

Pada Oktober 1826, pasukan Diponegoro menyerang pasukan Hindia Belanda di Gawok dan mendapat kemenangan. Namun, sang Pangeran terluka dan terpaksa harus ditandu ke lereng Gunung Merapi. Pada 17 November 1826, sang Pangeran bertolak ke Pengasih (sebelah barat Yogyakarta) untuk menyerang pasukan Hindia Belanda. 

Di lokasi ini, sang Pangeran mendirikan keraton di Sambirata sebagai pusat negara baru. Pasukan Belanda sempat menyerang Sambirata, tetapi Diponegoro berhasil meloloskan diri. Perang sempat berhenti akibat gencatan senjata pada 10 Oktober 1827, namun perundingan tidak menemui kesepakatan apa pun.

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU