> >

Misteri Tak Terekamnya Suara Pilot Sriwijaya SJ-182 yang Jatuh pada 2021, Begini Penjelasan KNKT

Peristiwa | 4 November 2022, 15:54 WIB
Ilustrasi. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap tabir misteri penyebab tak terekamnya suara pilot pesawat Sriwijaya SJ-182 berjenis Boeing 737-500 yang mengalami kecelakaan pada 9 Januari 2021 lalu. (Sumber: Shutterstock/Happy May)

JAKARTA, KOMPAS TV - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap tabir misteri penyebab tak terekamnya suara pilot pesawat Sriwijaya SJ-182 berjenis Boeing 737-500 yang mengalami kecelakaan pada 9 Januari 2021 lalu. 

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo menyebut, suara pilot yang tidak terekam diduga karena tak menggunakan headset sehingga tak bisa dilakukan analisis terhadap kinerjanya.

Baca Juga: Misteri Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 | Podcast Aiman Wijaksono #7

"Kemudian ada mikrofon yang kami harapkan bisa merekam apapun suara yang ada di kokpit tapi tertutup suara bising. Jadi kami tidak bisa menganalisa bagaimana kerja sama kokpit, apa saja perintahnya dari kapten ke kopilot," kata Nurcahyo dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI, Kamis (3/11/2022), seperti dikutip dari Kompas.com.

Selain itu, kata dia, berdasarkan hasil investigasi KNKT, diyakini terjadi gangguan pada sistem mekanikal pada pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut.

"Hasil flight data recorder (FDR) yang sudah kita unduh, pada saat climbing terjadi perubahan mode autopilot dari yang semulanya menggunakan manajemen komputer berpindah menggunakan mode control panel," kata Nurcahyo.

Dia mengatakan, dalam kondisi normal, auto-throttle dapat menggerakkan kedua thrust lever kanan dan kiri untuk mundur dan mengurangi tenaga mesin.

Namun saat penerbangan, auto-throttle pada pesawat tidak bisa menggerakkan thrust lever di sebelah kanan.

KNKT telah memeriksa tujuh komponen terkait auto-throttle tersebut sehingga diyakini terjadi gangguan sistem mekanikal pada thrust lever di sebelah kanan, bukan pada sistem komputer.

"Karena padatnya lalu lintas hari itu dan ada pesawat dengan tujuan penerbangan yang sama ke Pontianak, pesawat SJ ini diminta oleh air traffic controller untuk berhenti di ketinggian 11.000 kaki," ujarnya.

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas.com


TERBARU