> >

Kisah Korban Tragedi Kanjuruhan: Dibonceng Sahabat ke Stadion, Diantar Pulang tanpa Nyawa

Peristiwa | 3 Oktober 2022, 19:00 WIB
Suasana doa bersama untuk mereka yang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan di luar Stadion Kanjuruhan, Malang, Senin (3/10/2022). Salah satu korban jiwa dalam tragedi ini adalah Faiqotul Hikmah, suporter Arema asal Jember. (Sumber: Achmad Ibrahim/Associated Press)

 

Baca Juga: Cerita Saksi Kericuhan di Kanjuruhan, Teriakan Minta Tolong di Mana-Mana, Gas Air Mata Bikin Panik

Ia masuk stadion beberapa menit sebelum pertandingan bubaran. Seusai pertandingan, situasi memanas dan terjadi kekacauan besar di dalam stadion.

Mukid menyebut sebagian suporter menyerbu ke lapangan. Polisi membalasnya dengan tembakan gas air mata.

"Tebal sekali (gas air mata). Mata saya perih, saya juga tidak pakai masker," kata Mukid.

Mukid mencari-cari sahabatnya, menerobos kerumunan suporter, tetapi ia tak kunjung menemukan Faiq.

Sekira pukul 23.30 WIB, Mukid ditelepon sesama suporter dari Jember, mengabari keberadaan Faiq.

"Faiq ada di sebuah gedung. Masih di kawasan stadion. Dia sudah ditutupi kain. Sudah meninggal," kata Mukid, lirih.

Dari empat orang rombongan Mukid asal Jember, selain Faiq, seorang suporter lain, Noval Putra Aulia juga meninggal dunia. 

“Dua orang meninggal. Yang dua, saya tidak tahu kondisinya," kata Mukid.

Sebagai pertanggungjawaban, Mukid merasa perlu menemani Faqi setelah memboncengkannya ke Kanjuruhan. Ia mengantar Faiq pulang dengan mobil ambulans. Sahabatnya diantar pulang tanpa nyawa.

Pada Senin (3/10/2022), pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut Tragedi Kanjuruhan. Tim ini diketuai oleh Menko Polhukam Mahfud MD.

“Tim ini bekerja dalam waktu dua minggu sampai paling lama satu bulan, dan hasil investigasi dari tim beserta rekomendasinya disampaikan kepada Presiden,” kata Mahfud dalam konferensi pers, Senin (3/10).

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan, salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah sepak bola dunia.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV/Tribunnews


TERBARU