> >

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Pengamat: Ini karena PSSI Tidak Pernah Mendidik soal Sportivitas

Peristiwa | 2 Oktober 2022, 21:08 WIB
Suporter sepak bola memasuki lapangan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). (Sumber: AP Photo/Yudha Prabowo)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Salah satu penyebab terjadinya kericuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya dikarenakan PSSI tidak pernah mendidik suporter hingga pemain soal sportivitas.

Hal itu diucapkan pengamat sepak bola, Anton Sanjoyo, yang mengatakan PSSI harus bertanggung jawab karena tidak pernah mendidik suporter untuk bersikap sportif sehingga tidak bisa menerima jika tim kesayangannya mengalami kekalahan.

"Ya, ini tragedi nasional ya, tragedi kemanusiaan dan ini harus disikapi sangat berbeda dengan waktu-waktu yang lalu kalau kita menyikapi kerusuhan di sepak bola," kata Anton dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (2/10/2022).

"Kalau dari jumlah sisi korban, ini sudah sangat masif. Saat ini kita nomor dua di dunia, di bawah (tragedi) Peru."

"Ini kan soal sportivitas. Nah soal sportivitas inilah yang tidak pernah disentuh secara signifikan baik oleh pemerintah, oleh PSSI apalagi, oleh Panpel apalagi," ujarnya.

"Jadi kita selalu berhadapan dengan masalah ini, kalau timnya kalah, ngamuk. Kalau tim kesayangannya enggak tampil bagus, teriak-teriak, ngamuk-ngamuk, mukulin orang, bunuh orang. Nah ini kan selalu terjadi."

"Dari tahun 1994 sudah 78 orang mati karena kerusuhan sepak bola. Sekarang jumlahnya berlipat hanya karena satu malam, karena apa? Karena PSSI tidak pernah menempatkan dirinya sebagai federasi, yang bukan saja penyelenggara sepak bola tapi juga, mendidik suporter dan pemain supaya sportif."

"Kalau PSSI mengaku dirinya sebagai satu-satunya organisasi yang diakui FIFA sebagai penyelenggara sepak bola, ya (ini tanggung jawab) mereka," tegasnya.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Jokowi Minta PSSI Hentikan Penyelenggaraan Liga Indonesia

Sebagai contoh, pria yang akrab disapa Bung Joy itu lalu menjelaskan bahwa PSSI tidak peduli dengan pembinaan usia dini.

Padahal jika dibina sejak usia dini, semua pihak bisa sadar bahwa menang dan kalah itu cuma bagian dari permainan.

"Kalau mereka tidak pernah mendidik dari grassroot (akar rumput, red), ya sekarang mereka menuai apa yang mereka tanam," lanjutnya.

"Mereka sekarang menuai hasil dari ketidakpedulian terhadap sportivitas. Yang dipikirkan cuma duit."

"Liga 1 duitnya banyak oleh sebab itu pertandingan yang berpotensi kerusuhan jangan digeser nanti duit untuk broadcast-nya berkurang karena rating-nya turun, duit untuk PT LIB juga turun karena pertandingan harus digeser ke siang, kan sudah ada permintaan untuk menggeser waktu pertandingan," ungkap Anton.

Seperti yang diketahui, kericuhan kembali terjadi di sepak bola Indonesia tepatnya di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Kericuhan ini terjadi seusai pertandingan Arema vs Persebaya yang digelar Sabtu (1/10/2022) malam.

Korban kericuhan dari tragedi Kanjuruhan ini pun sangat besar mencapai 131 orang meninggal dunia, menurut data yang dikutip dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak per Minggu (2/10/2022) pukul 14.52 WIB.

Adapun menurut Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, jumlah korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan sebanyak 125 orang.

Pada tahap awal, kata Kapolri Listyo, tim Disaster Victim Identification (DVI) telah bekerja untuk memastikan identitas korban meninggal dunia.

"Tadi hasil verifikasi terakhir, terkonfirmasi jumlahnya 125, karena (sebelumnya -red) ada yang tercatat ganda," kata Listyo dalam konferensi pers di Stadion Kanjuruhan, Minggu.

Usai terjadinya kericuhan yang berujung tragedi di Stadion Kanjuruhan, PSSI dan PT LIB memutuskan untuk menunda atau menghentikan sementara gelaran Liga 1 musim ini.

Baca Juga: Kapolri ke Malang: Datangi Stadion Kanjuruhan, Temui Korban di RS & Rapat Koordinasi dengan Otoritas

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU