> >

Parameter Politik Indonesia Ungkap Faktor yang Buat PKS dan Demokrat Merapat ke Nasdem

Politik | 23 Juni 2022, 15:41 WIB
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kiri) bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan keterangan pers terkait hasil pertemuan keduanya di Gedung DPP Partai Nasdem, Rabu (22/6/2022). (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam dua hari terakhir DPP Partai Nasdem didatangi dua petinggi partai politik, yakni Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. 

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai ada sejumlah faktor yang membuat Partai Nasdem menjadi magnet politik saat ini. 

Pertama yakni adanya nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai kandidat capres dari partai Nasdem. 

Baca Juga: Partai Mana Saja Yang Akan Berkoalisi Dengan NasDem | Satu Meja The Forum (3)

Menurut Adi, dimunculkannya nama Anies membuat Nasdem secara terang-terangan ingin membuat poros baru di Pemilu 2024. Hal ini membuat PKS dan Demokrat tertarik untuk merapat ke Nasdem.

"Nasdem ini memunculkan nama yang menjulang di survei, Anies dan Ganjar. Suka tidak suka kalau kita bicara selera publik tentu tidak terlepas dari Ganjar dan Anies," ujar Adi saat dihubungi dalam Breaking News KOMPAS TV, Kamis (23/6/2022). 

Adi menambahkan jika dibandingkan dengan kandidat capres Nasdem lainnya, yakni Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa, nama Anies akan lebih berpeluang menjadi capres dari koalisi yang dibangun oleh Nasdem. 

Adi menjelaskan ada empat faktor yang membuat Anies mengalahkan Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa sebagai kandidat capres Nasdem.

Baca Juga: Sebelumnya Gerindra, Kini Temui Demokrat! Ketua DPP Partai Nasdem: Jadi Pelabuhan 2 Partai Ini

Faktor pertama Anies tidak memiliki beban psikologi poitik atau resistensi politik dengan partai politik lain ketika diusung oleh koalisi yang dibentuk Nasdem nantinya. 

"Jadi partai lain tidak ada yang merasa kadernya dibajak," ujar Adi.

Kedua, kata dia, Anies merupakan figur yang masih berada di luar penguasa. Berbeda dengan Ganjar yang merupakan kader PDIP, partai penguasa saat ini dan Andika Pratama yang memiliki kedekatan dengan Istana dalam hal ini Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: PDIP Tolak Koalisi, Demokrat: Partai Kita Pro Rakyat, Bukan Partai yang Eksploitasi Wong Cilik

"Kalau bicara nama capres yang muncul di luar Anies itu all Jokowi man. Andika punya kedekatan Presiden, apalagi Ganjar satu partai dengan Jokowi dan di-endorse di acara Projo," ujar Adi.

Faktor ketiga, Anies dinilai sebagai sosok yang bisa dihadapkan dengan capres yang beredar saat ini, seperti Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Keempat, gubernur DKI Jakarta itu sebagai sosok yang menjadi tempat bermuaranya kepentingan-kepentingan politik. 

Semisal kepentingan politik yang ingin mengakhiri dominasi PDIP, kepentingan yang ingin mengganti rezim di 2024 hingga kepentingan pihak yang kritis terhadap Jokowi. 

Baca Juga: Undang AHY ke Nasdem, Surya Paloh Dinilai Mulai Perkenalkan 3 Kandidat Capres ke Demokrat

Menurut Adi keempat faktor tersebut membuat Anies punya akses politik yang relatif diterima terutama kalangan kritis dan di luar pemerintahan jika dibandingkan dengan Ganjar dan Andika.

"Makanya kemudian yang merapat ke Nasdem partai-partai non-pemerintah, PKS dan Demokrat. Dan belum terlihat partai koalisi pemerintah yang tertarik datang ke Nasdem," ujar Adi.

Lebih lanjut Adi menilai peluang bergabungnya partai lain, selain PKS dan Demokrat di poros baru Nasdem juga sangat terbuka lebar.

Menurut Adi, Nasdem memiliki trik tersendiri untuk membangun poros baru dengan menyodorkan nama kandidat capres.

Baca Juga: Sekjen PDIP: Sudah Dukung Anies Baswedan, Nasdem Harus Sosialisasi Perubahan Nama Jalan di Jakarta

Dengan begitu, para partai yang tertarik akan bergabung dengan Nasdem. Saat ini partai yang sudah datang ke DPP Nasdem adalah PKS dan Demokrat. 

Kemungkinan akan ada partai lain yang ingin bergabung karena melihat adanya peluang kemenangan di Pilpres 2024 dari kandidat capres Nasdem.

"Jadi kenapa PKS dan Demokrat merapat, semangatnya sama mereka ingin berkoalisi dengan partai yang sosoknya menang di Pilpres. Bagi Demokrat dan PKS di luar kekuasaan pasti pahit dan kering, karena tidak ada akses politik yang jadi keistimewaan mereka untuk mengkapitalisasi kepentingan jangka panjang," ujar Adi.

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU