> >

Cerita Wakaf Habib Bugak Asyi di Makkah yang Berumur 200 Tahun, Jadi Barakah untuk Jemaah Aceh

Agama | 22 Juni 2022, 05:59 WIB
Gedung Wakaf Aceh atau Wakaf Habib Bugak Asyi di Makkah yang barakahnya mengalir sampai hari ini (Sumber: Badan Wakaf Indonesia)

MAKKAH, KOMPAS.TV – Wakaf Habib Bugak Asyi di Makkah terus mengalirkan barakahnya hingga hari ini, ke para jemaah dari Aceh yang tahun ini berangkat haji. 

Pada gelaraan jemaah haji 2022 tahun ini, Jemaah calon haji dari Embarkasi Aceh (BTJ) menerima wakaf bernama Wakaf Baitul Asyi sebesar 1.500 Riyal atau setara Rp6 juta di Mekkah.

"Uang ini tolong dimanfaatkan dengan baik," kata Pembina Yayasan Wakaf Baitul Asyi Jamaluddin Affan di Hotel Shoqreyah, Raudah, Mekkah, Selasa malam waktu setempat dikutip Antara pada Rabu (22/6/2022)

Sebanyak 2.022 jamaah asal Aceh mendapatkan wakaf tersebut secara tunai yang diberikan langsung oleh Nazir (penyalur nazar wakaf) Syaikh Abdul Latif Baltou.

Jamaah menerima dana wakaf saat tiba di penginapan masing-masing, setelah dua hari berada di Makkah.

Wakaf itu diserahkan langsung oleh pengurus wakaf, dan diterima langsung para jamaah haji sebagai penerima tanpa boleh diwakili orang lain.

Baca Juga: Efek Cuaca Sangat Panas, Kemenag Imbau Jemaah Haji Tidak Paksakan Diri Salat di Masjidil Haram

Apa itu Wakaf Habib Bugak Asyi

Wakaf Baitul Asyi merupakan wakaf Habib Bugak Asyi yang sekarang disebut wakaf Baitul Asyi atau wakaf rumah Aceh.

Wakaf ini usianya sudah 200 tahun. 

Dulu, wakaf ini merupakan wakaf kecil. Namun seiring waktu, wakaf ini terus berkembang menjadi wakaf produktif yakni berupa tanah, penginapan, dan unit usaha lain di Mekkah, bahkan ada di sekitaran Masjidil Haram.

Dilansir dari situs resmi Badan Wakaf Indonesia, Ikrar wakaf yang dilakukan Habib Bugak Al Asyi terjadi dua abad yang lalu.

Hasilnya masih bisa dinikmati oleh jemaah calon haji asal Aceh sampai saat ini.

Lantas, dari mana wakaf itu bermula?

Wakaf ini berawal dari inisiatif Habib Bugak  bahkan sejak dia belum berangkat ke Tanah Suci.

Awal mula cerita terjadi pada tahun 1800-an. Habib Bugak yang saat itu masih berada di Aceh, sudah memiliki gagasan untuk mengumpulkan uang, guna membeli tanah di Makkah untuk diwakafkan kepada jemaah calon haji.

Selain dari dana yang dimilikinya sendiri, Habib Bugak menjadi inisiator pengumpulan dana dari masyarakat Aceh.

Ketika Habib Bugak berangkat ke Tanah Suci, beliau sudah membawa bekal dana untuk wakaf.

Dan begitu sampai, niatan wakaf itu direalisasikannya. Dia membeli tanah yang lokasinya kala itu persis di samping Masjidil Haram.

Di atas tanah itu didirikan penginapan untuk menampung jemaah calon haji asal Aceh. Jemaah pun tak lagi bingung mencari tempat tinggal selama berada di Makkah.

Lalu saat Masjidil Haram direnovasi, tanah wakaf ini termasuk digunakan untuk perluasan lintasan thawaf.

Oleh nadzir (pengelola) wakaf, uang ganti rugi digunakan membeli dua bidang tanah di kawasan yang berjarak 500-an meter dari Masjidil Haram.

Tanah itu dibangun hotel oleh pengusaha dengan sistem bagi hasil.

Dari situ lah, bonus untuk jemaah Aceh mengalir tiap musim haji, menjadi barakah yang terus mengalir hingga hari ini. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Antara/Bwi.go.id


TERBARU