> >

Kualitas Udara Jakarta Disebut Terburuk, Menteri Siti: Metode Pengukuran Bisa Berbeda

Sosial | 21 Juni 2022, 05:15 WIB
Kabut akibat kualitas udara yang buruk menyelimuti gedung di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat, (17/6/2022). (Sumber: ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)

JAKARTA, KOMPAS TV – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar merespons data Air Quality Index yang menyebutkan kualitas udara Jakarta merupakan yang terburuk di dunia.

Siti menyinggung soal metode dan cara analisis yang dilakukan dalam situs IQAir yang menghasilkan kesimpulan kualitas udara Jakarta sebagai yang terburuk di dunia.

Menurut Siti, penilaian soal kualitas tersebut bergantung kepada metode dan analisis yang dipakai.

“Kita sudah analisis itu kan tergantung metodenya, metode yang dipakai kan swasta tertentu ya,” ujar Siti Nurbaya, yang ditemui di Jakarta, Senin (20/6/2022).

Baca Juga: Air Quality Index Tunjukkan Jakarta Punya Kualitas Udara yang Terburuk di Dunia! Apa Penyebabnya?

Siti juga mengatakan pihaknya telah melakukan analisis soal kualitas udara. Dan menurut analisis tersebut, kualitas udara Jakarta bukanlah yang terburuk.

“Saya juga sudah meminta kepada dirjen analisis, dan di dalam analisisnya dirjen kami, kita itu nomor 44 bukannya nomor sekian itu,” tukasnya.

Namun Siti memastikan untuk tetap monitor dan menjaga agar kualitas udara Jakarta.

“Tetapi saya tetap monitor saja buat kita, kan yang penting harus dijaga saja kalau data, kan hanya indikator saja,” pungkasnya.

Baca Juga: 5 Tips Menjaga Paru-paru dari Kualitas Udara yang Buruk

Sebelumnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria angkat suara soal kualitas udara Jakarta yang buruk.

Merujuk pada situs http://iqair.com, kualitas udara di Jakarta pada hari ini Kamis (16/6/22) menjadi yang terburuk ketiga di dunia. Sementara kemarin, Jakarta menepati posisi pertama kualitas udara terburuk di dunia.

"Tentu ini menjadi perhatian, kami akan melakukan evaluasi dan mengatasi masalah ini," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis. 

Riza mengakui, memang Jakarta memiliki lalu lintas yang padat, terlebih saat ini volume kendaraan sudah kembali normal sehingga terjadi peningkatan polusi. 

Baca Juga: Kualitas Udara di 4 Daerah di Indonesia Ini Tidak Sehat, Apa Itu Kualitas Udara?

Pemprov DKI, kata Riza, berusaha menangani masalah ini dengan sejumlah program, salah satunya ialah langit biru atau birukan langit Jakarta. 

"Kendaraan kembali normal, ada peningkatan polusi, makanya jadi perhatian kami. Berbagai program terus kami genjot, kami laksanakan dalam rangka mengurangi polusi," kata Riza. 

Sebelumnya, Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan menjelaskan buruknya udara Jakarta disebabkan oleh kelembapan tinggi dan suhu yang rendah. Situasi itu diperparah dengan mulai banyaknya kendaraan di jalanan Ibu Kota yang berkontribusi pada polusi udara.

"Berdasarkan data dari Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada tanggal 15 Juni 2022 sejak dini hari kelembapan tinggi, sedangkan suhunya rendah. Akibatnya, polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer," kata Yogi saat dihubungi wartawan, Rabu (15/6/2022).

 

Penulis : Vidi Batlolone Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU