> >

Pengamat soal Kepuasan Publik terhadap Jokowi-Ma ruf Turun: Itu Mengonfirmasi Kepercayaan Rakyat

Politik | 20 Juni 2022, 12:04 WIB
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Hasil survei Litbang Kompas periode Juni 2022 yang menyebutkan kepuasan publik terhadap Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin turun 6,8 persen dinilai mengonfirmasi kinerja pemerintah di mata rakyat.

Satu di antara variable yang memicu turunnya kepuasan publik terhadap Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin adalah lambatnya penyelesaian persoalan minyak goreng.

Demikian Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno dalam keterangan kepada KOMPAS.TV, Senin (20/6/2022).

“Saya kira itu (Hasil Survei Litbang Kompas) memang mengonfirmasi tingkat kepercayaan masyarakat ke pemerintah, ke Presiden, karena banyak variabel yang bisa menjelaskan tingkat kepuasan masyarakat itu menurun kepada kinerja pemerintah,” ucap Adi.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas, Masyarakat Semakin Tak Puas Terhadap Kinerja Pemerintah

“Terutama minyak goreng, itu yang sampai sekarang enggak selesai menjadi faktor dan instrumen yang cukup berpengaruh, karena bagi masyarakat ini kan pikirannya pendek, sederhana, jadi apa yang terjadi di sekitarnya dianggap sulit, biasanya langsung enggak popular itu pemerintah.”

Di samping itu, Adi menambahkan turunnya kepuasan publik terhadap Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin juga terjadi karena melambungnya sejumlah harga bahan pokok.

“Semua mengalami kenaikan, sayur, semua kebutuhan pokok itu naik berlipat ganda, itu sebenarnya yang bisa mengkonfirmasi kenapa tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah itu turun,” ujar Adi.

“Karena memang secara faktual, terutama di bidang ekonomi kerja pemerintah itu tidak memuaskan, itu yang mikro, yang makro apalagi. Kita ini belum pernah tahu kapan sepenuhnya bisa melakukan recovery pasca-pandemi Covid-19, kemiskinan, pengangguran itu bisa dikurangi. Sampai sekarang kan belum ada solusinya.”

Baca Juga: Rahasia di Balik Reshuffle ala Jokowi

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU