> >

Satgas IDI soal Prediksi Puncak BA.4 dan BA.5: Tak akan Setinggi Delta, Tapi Jangka Waktu Lebih Lama

Kesehatan | 17 Juni 2022, 15:36 WIB
Ilustrasi. Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban memprediksi puncak gelombang kasus Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia tidak akan setinggi saat pucak Delta. (Sumber: Pixabay)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban memprediksi puncak gelombang kasus Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia tidak akan setinggi saat puncak Delta.

Kendati demikian, menurut penuturannya, durasi gelombang puncak kasus Covid-19 dari kedua subvarian anyar ini akan lebih lama dibanding dengan Delta maupun Omicron sebelumnya. 

Pernyataan ini disampaikan Zubairi melalui cuitan di Twitter miliknya @ProfesorZubairi, Jumat (17/6/2022). 

"Yang jelas puncaknya tidak akan setinggi Delta. Namun jangka waktu beredarnya mungkin lebih lama dibanding varian sebelumnya. Artinya puncaknya tidak akan terlalu tinggi dan dari kurvanya akan agak melebar," kata Zubairi.

Dia menjelaskan, sejak pertama subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diidentifikasi di Afrika Selatan awal 2022, persebarannya memang cukup pesat di berbagai negara.

"Salah satu contoh di Amerika Serikat. Pada awal Mei mereka hanya 1%. Tapi saat ini BA.4 dan BA.5 menyumbang 21% kasus baru di AS (Amerika Serikat)," ujarnya. 

Sementara di Indonesia, hingga Kamis (16/6) kemarin, kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia telah mencapai 20 kasus, dimana Jawa Barat menyumbang 12 kasus,  DKI Jakarta 4 kasus, Bali 3 kasus, dan Banten 1 kasus.

Baca Juga: Menkes: Puncak Covid-19 Varian BA4 dan BA5 20 Ribu Kasus Per Hari, Sepertiga Delta dan Omicron

Zubairi kemudian membeberkan sejumlah karakteristik kedua subvarian ini. Berdasarkan penelitian sementara, kata dia, BA.4 dan BA.5 memiliki kemampuan lebih cepat menular dan dapat menembus kekebalan seseorang yang pernah terinfeksi Omicron sebelumnya.

Terkait soal efektivitas vaksin melawan varian ini, Zubairi mengatakan bukti saat ini belum cukup untuk memastikan kemanjuran vaksin dan hasil klinis lainnya, dibandingkan dengan varian sebelumnya.

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU