> >

Cegah Cacar Monyet Masuk Indonesia, Begini Saran dari Profesor UGM

Kesehatan | 6 Juni 2022, 19:19 WIB
CDC Amerika Serikat, Jumat (3/6/2022), mengatakan mereka mencatat lebih dari 700 kasus cacar monyet di seluruh dunia, termasuk 21 di Amerika Serikat, dengan penyelidikan sekarang menunjukkan penyebaran di dalam negeri. (Sumber: Straits Times)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Penularan cacar monyet yang terjadi antarmanusia membuat guru besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Wayan Tunas Artama angkat bicara. Ia mengimbau kegiatan pengawasan fokus pada fasilitas kesehatan dengan target kasus dan kelompok probable.

“Pembatasan dan transportasi hewan perlu dipertimbangkan dan diperketat, terutama dari daerah endemik dan negara-negara dengan wabah tersebut,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (6/6/2022).

Untuk hewan yang diduga telah kontak dengan hewan terinfeksi, perlu dikarantina serta ditangani sesuai dengan standar pencegahan dan diilakukan observasi gejala cacar monyet selama 30 hari.

Baca Juga: CDC: Ada Lebih dari 700 Kasus Cacar Monyet di Seluruh Dunia, 21 di Amerika Serikat

Kendati penularan cacar monyet antarmanusia cukup tinggi pada kasus kali ini, Wayan meminta masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan.

Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan mengindari kontak langsung dengan orang bergejala.

Adapun gejala penyakit ini pada manusia memiliki kemiripan dengan penyakit cacar, seperti demam lebih dari 38,5 derajat Celsius, mengalami kelemahan, menggigil dengan atau tanpa keringat, nyeri tenggorokan dan batuk, pegal-pegal, pembengkakan kelenjar limfa, dan sakit kepala.

Lalu diikuti dengan kemunculan ruam makular-papular berbatas jelas, vesikular, pustular, hingga lesi berkeropeng.

“Penularan cacar monyet dari manusia ke manusia utamanya melalui droplet pernapasan yang secara umum perlu kontak erat yang cukup lama,” ucapnya.

Penularan juga bisa terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar. Selain itu, penularan dapat terjadi lewat kontak tidak langsung dengan benda maupun permukaan yang terkontaminasi.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU