> >

Kemenkes Prediksi Jumlah Kasus Covid-19 dan Keterisian Tempat Tidur Lebih Sedikit saat Endemi

Update | 25 Mei 2022, 00:05 WIB
Jubir Kemenkes menyebut saat Covid-19 menjadi endemi di Indonesia, jumlah kasus hingga tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit diprediksi akan jauh lebih sedikit daripada saat pandemi. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Saat Covid-19 menjadi endemi di Indonesia, jumlah kasus hingga tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit diprediksi akan jauh lebih sedikit daripada saat pandemi.

Penjelasan itu disampaikan Mohammad Syahril, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dalam Bussiness Talk Kompas TV, Selasa malam (24/5/2022).

“Begitu pandemi menjadi endemi, pasien sedikit, keterisian tempat tidur sedikit. Jangan kita berpikiran pasiennya banyak seperti dulu,” jelasnya.

Untuk menjaga kestabilan jumlah kasus di masa endemi, lanjut dia, Kemenkes akan melakukan upaya promotif, seperti tracing dan testing, yang harus diclearkan pembiayaannya.

Baca Juga: BPJS Kesehatan Imbau Masyarakat Jadi Peserta Sebelum Endemi: Biaya Perawatan Covid-19 Bisa Jutaan

Di Kementerian Kesehatan, kata Syahril, ada program yang dinamakan transformasi kesehatan.

Salah satu upayanya adalah bisa bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan memperkuat ketahanan masyarakat melalui transformasi layanan primer.

“Di mana layanan primer ini diperkuat dengan upaya preventif, edukatif, dan promotif,” tegasnya.

“Dengan upaya inilah kita akan membiasakan masyarakat kita dengan pola perilaku hidup bersih dan sehat.”

Ia menuturkan, dibutuhkan upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh semua pihak, agar tidak menulari dan tertular.

Sayhril menambahkan, Indonesia sudah masuk pada indikator-indikator untuk masa transisi.

Inikator tersebut di antaranya, laju penularan di bawah 1, BOR rumah sakit di bawah 5 persen, dan angka kematian di bawah 3 persen.

“Sserta tentu saja vaksinasi, yang  tadi sudah disampaikan hasil survei yang sampai 99 persen.”

“Indikator itu masuk dalam masa transisi, di mana dilakukan pelonggaran-pelonggaran. Kita mencoba, bagaimana dengan pelonggaran-pelonggaran ini, indikator-indikator tadi dapat kita pertahankan,” urainya.

Kemudian, lanjut Syahril, level PPKM juga akan dievaluasi. Jika semuanya tetap dalam keadaan terkendali, maka akan diperpanjang lagi hingga empat bulan atau enam bulan ke depan.

“Masa transisi itu kita anggap semua indikator yang saya sampaikan tadi memang terkendali, dan memenuhi sayarat untuk kita siap masuk era endemi.”

Saat ini, berdasarkan daa terbaru, sudah tidak ada lagi PPKM level empat, yang terbanyak adalah level satu dan dua, bahkan yang level 3, kata ida hanya satu atau dua.

Artinya, tutur Syahril, kondisi ini sudah sangat bagus untuk seluruh daerah.

“Bahwasanya parameter yang saya sebutkan tadi, sudah diimplementasikan dalam bentuk PPKM dengan kelonggaran-kelonggarannya.”

“Tentu saja ini harus menjadi tanggung jawab bersama untuk mempertahankan, dan jangan lagi dipermasalahkan masalah pakai masker dan tidak. Itu sebetulnya bagian dari hidup sehat,” tambahnya.

Baca Juga: Masa Transisi ke Endemi : Pemerintah Belum Umumkan Perpanjangan PPKM, Masyarakat Tetap Jaga Prokes

Dia juga berpendapat bahwa herd immunity atau kekebalan komunal sudah terbentuk di Indonesia.

Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan pada Maret hingga April 2022, bahwa 99 persen penduduk sudah memiliki imunitas.

“Kalau melihat survei yang dilakukan dua kali oleh epidemiolog dari FKUI, itu menunjukkan di akhir bulan Maret-April lalu sudah 99 persen. Itu menandakan bahwa herd immunity atau kekebalan masyarakat itu tumbuh dengan vaksinasi yang dibentuk, tapi bisa juga imunitas itu tumbuh karena telah terpapar Covid sebelumnya, sehingga dia dobel imunitas.”

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU