> >

12 April Jadi Hari Internasional Mengenang Yuri Gagarin, Manusia Pertama yang Mengorbit Bumi

Peristiwa | 12 April 2022, 19:42 WIB

Sampai saat ini tercatat sudah ada sekitar 567 acara dari 75 di semua benua di muka bumi ini yang merayakan acara ini, khususnya pada peringatan 50 tahun penerbangan Yuri Gagarin pada 2011.

Bagaimana dengan Indonesia?

“Lantas bagaimana dengan Indonesia? Yang mengejutkan, ternyata Indonesia pada sekitar tahun-tahun yang sama setelah sejarah Vostok 1 tersebut juga sudah memulai dan menginisiasi tentang pengembangan teknologi roket,” kata Venzha Christ.

Tidak hanya itu, Indonesia bahkan sempat tercatat sebagai negara kedua di Asia yang mampu mengembangkan teknologi roket setelah Jepang.

Dimulai pada 24 Agustus 1963, Roket GAMA-1 buatan mahasiswa teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan PMRI (Persatuan Roket Mahasiswa Indonesia) diluncurkan dari pantai selatan Yogyakarta.

Keberhasilan tersebut membuat Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 6 Januari 1964, meluncurkan Ganesha X-1A dan Ganesha X-1B diluncurkan dari Pameungpeuk, Garut. Kemudian disusul peluncuran GAMA-2 dan GAMA-3 pada tahun 1964.

Venzha Christ tidak menampik, roket-roket yang diluncurkan Indonesia saat itu berukuran kecil dan masih bersifat eksperimen. Namun, setidaknya Indonesia sudah memulai pengembangan teknologi roket sejak lama.

Tercatat juga Marsekal Muda TNI (Purn.) Jacob Salatun, dikenal sebagai Bapak UFO Indonesia, menjabat sebagai Project Officer Proyek Roket Ionosfer/Angkasa Luar periode 1963-1967.

Tetapi mengapa sampai saat ini Indonesia masih terlihat jauh tertinggal dalam pengembangan dan eksplorasi ruang angkasa secara global?

Venzha Christ menilai ada banyak faktor penyebab, seperti, perjalanan sejarah yang mempengaruhi situasi sosial politik saat itu, prioritas pembangunan Indonesia, dan kurangnya percepatan pendidikan teknologi.

Logo VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station), doc. ISSS - Indonesia Space Science Society (Sumber: istimewa)

Saat ini, Venzha Christ melalui ISSS akan membuat satu wahana misi pelatihan hidup di Planet Mars, yang biasa disebut Analog Mars, bernama VMARS (v.u.f.o.c Mars Analog Research Station).

“VMARS akan menjadi yang pertama di Asia Tenggara dan akan menjadi satu-satunya Analog Mars yang inisiasi dan pembangunannya dilakukan oleh kolaborasi antar komunitas dan masyarakat,” tuturnya.

Baca Juga: VMARS, Bukti Indonesia Ikut dalam Eksplorasi Mars

Tempat yang dipilih adalah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Persiapan peluncuran VMARS juga dilakukan melalui perhelatan internasional sejak 2020 di Jepang, 2021 di Thailand, dan pada tahun ini sedang dilaksanakan di Korea, dan kemudian akan dibawa ke Taiwan serta Prancis.

“Dan tanggal 12 April juga akan digunakan oleh VMARS sebagai tanggal peluncuran programnya yang bernama V-TF, V-SFM, dan V-SF tahun depan,” kata Venzha Christ.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU