> >

Menerka Bos Ibu Kota Baru, Ridwan Kamil Disebut Sesuai Kriteria Jokowi, Kepala Daerah dan Arsitek

Politik | 24 Januari 2022, 05:54 WIB
Desain final istana negara IKN Baru. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso mengatakan, pembangunan dan pemindahan ASN ke IKN dilakukan secara bertahap, selama 5 tahun. (Sumber: Instagram/Nyoman_Nuarta)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kendati tidak masuk dalam empat nama calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur, tapi nama Ridwan Kamil disebut pas dengan kriteria yang pernah dibocorkan Priseden Joko Widodo.

Belum lama ini, Jokowi spesifik menyebutkan sosok yang ia inginkan menjadi punggawa IKN yang belakangan diberi nama Nusantara, yakni pernah memimpin daerah dan berlatar belakang arsitek. 

"Paling tidak pernah memimpin daerah dan punya background arsitek," kata Jokowi saat bertemu dengan beberapa pemimpin redaksi media massa nasional di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (19/1/2022), seperti dikutip dari Tribunnews.com.

Tak ayal, nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun menjadi salah satu kandidat yang muncul. Ia terkenal sebagai seorang kepala daerah yang berlatar belakang arsitek. 

Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menilai, sosok Ridwan Kamil memang dianggap menjadi figur paling mumpuni memimpin Ibu Kota Nusantara yang terletak di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur itu. 

“Saya cenderung melihatnya pernyataan itu mengarah ke sana. Kans paling besar pak Ridwan Kamil. Pak Ridwan Kamil layak diberikan kesempatan untuk menuangkan kembali gagasannya,” kata Yayat dikutip dari Kompas.com, Minggu (23/1/2022). 

Baca Juga: Jokowi Bocorkan Kriteria Pemimpin Ibu Kota Negara: Pernah Pimpin Daerah dan Punya Background Arsitek

Bagi Yayat, wajar jika Jokowi menginginkan sosok yang berlatar belakang arsitek dan kepala daerah dalam memimpin ibu kota baru. Menurutnya, ada beberapa alasan terkait hal itu. 

Pertama, seorang arsitek dianggap mampu membangun sebuah inovasi baru dalam pembangunan kota yang kreatif efisien dan mampu dibanggakan di masa depan. 

Kedua, kalau kepala daerah, dia bisa mengelola organisasi dalam skala besar. Dia tahu anggaran. 

"Jadi bukan hanya sebatas engineer, tapi pinter mengorganisir, mengelola organisasi, bekerja dengan sinergi,” kata Yayat. 

Yayat menilai, perpaduan antara seorang arsitek dan kepala daerah jauh lebih mumpuni dalam membangun sebuah ibu kota baru, yang notabene membutuhkan tidak hanya dari sisi teknokrat melainkan juga manajerial. 

“Orang-orang seperti ini mampu melobi kepada lembaga terkait, sumber pendanaan yang lebih kompetitif. Jadi seseorang yang betul-betul multitalenta dalam arti memang orang ini bisa melakukan kolaborasi,” katanya. 

Penulis : Hedi Basri Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Tribunnews


TERBARU