> >

Gagasan Gus Yahya di Muktamar ke-34: Konsolidasi Organisasi hingga Jadikan NU Juru Damai Global

Politik | 19 Desember 2021, 11:19 WIB
Gus Yahya maju sebagai ketua PBNU di Muktamar ke-34 Lampung. Ia membawa gagasan transformatif NU dan jadi juru damai global (Sumber: NU Online)

JAKARTA, KOMPAS.TV - KH Yahya Cholil Staquf atau biasa disapa Gus Yahya menjadikan gagasan internasionalisasi NU dengan konsep rahmah sebagai jawaban krisis yang melanda global saat ini. Gus Yahya menilai, NU adalah solusi dan sanggup jadi juru damai dunia global di tengah krisis. 

Itulah salah satu titik gagasan yang ditawarkannya di Muktamar NU ke-34 Lampung. Selain itu, ia mengatakan, ingin menyatukan gagasan gerak bersama seluruh komponen NU karena kekuatannya begitu besar untuk umat, dan tentu saja bagi Indonesia.

Mantan Jubir Presiden Keempat Gus Dur itu lantas mendapat dukungan dari banyak ulama, kiai dan cabang NU untuk maju menjadi salah satu calon ketua umum PBNU dalam gelaran Muktamar.

“Nahdlatul ulama punya kekuatan menggerakkan masyarakat. Bayangkan, NU jumlahnya 50 persen  dari masyarakat Indonesia. Jadi, jika 120 Juta muslim bergerak bersama, maka Indonesia akan juga maju bersama,” papar Gus Yahya seperti dikutip KOMPAS TV dari TV Resmi NU, Minggu (19/12).

Ia lantas menambahkan, gagasan ini akan sangat transformatif. NU bisa jadi pengerak utama di masyarakat.

“120 juta warga bergerak ke satu arah, seluruh negara akan gerak ke arah situ, ke arah perubahan kebaikan. Itu gagasan transformatif,” tambah beliau.

Baca Juga: Gus Yahya Setuju Dicalonkan Ketum PBNU, Begini Profilnya yang Gemar Safari ke Tokoh Agama Dunia

Gagasan Konsolidasi dan Internasionalisasi NU Gus Yahya

Bagaimana format yang tepat untuk menggerakkan jamaah NU yang begitu besar? Gus Yahya mengatakan bisa dengan cara konsolidasi yang transformatif.

Menurut Gus Yahya, kekuatan NU sudah besar. Mulai dari Pendidikan tinggi yang mulai menjamur hingga soal kekuatan NU jadi solusi global.

Untuk di level menggerakkan Indonesia, misalnhya, dengan kekuatan NU yang selama ini terserak dan kerap tidak bersama, maka dibutuhan trigger (pemicu). 

“Kita hanya perlu memikirkan trigger, proses transformatif itu nanti akan bergulir. Sampai pada titik itu, proses memajukan NU dan Indonesia akan berjalan,” katanya.

Beliau juga melihat ada sejumlah hal penting yang harus dilakukan NU agar bisa jadi gerakan bersama yang besar. Namun, terkadang, banyak yang tidak tahu, baik itu para pengurus maupun di level internal NU, sehingga program potensi juga bertabrakan. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV

Tag

TERBARU