> >

Round-up Sorotan Berita: Ataturk Jadi Nama Jalan di Jakarta Tuai Protes hingga PPKM Diperpanjang

Peristiwa | 19 Oktober 2021, 06:19 WIB
Kolase foto Mustafa Kemal Ataturk, Presiden Turki pertama yang namanya bakal jadi nama jalan di Jakarta, tapi menuai protes. (Sumber: TribunTimur.com)

 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah berita menjadi sorotan sepanjang hari kemarin, Senin (18/10/2021).

Berita diawali dari rencana pergantian nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat dengan nama Presiden pertama Turki Mustafa Kemal Ataturk menuai protes dari sejumlah pihak. 

Kemudian berita selanjutnya terkait Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang usulkan nama Muhammad Al-Fatih atau Sultan Mahmud II sebagai pengganti nama Mustafa Kemal Ataturk sebagai nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Lalu berita ketiga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali yang diperpanjang hingga 1 November 2021.

Berikut rangkuman berita KOMPAS TV sepanjang Senin (18/10/2021) kemarin.

Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta Tuai Protes

Usulan pemberian nama untuk kawasan Menteng, Jakarta Pusat dengan nama Presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk, menjadi menuai protes keras. 

Diketahui, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sama-sama menolak rencana Pemprov DKI tersebut. 

Mereka menyebut rencana ini perlu dikaji ulang. Mengingat Ataturk dianggap sebagai sosok yang kontroversial bagi dunia Islam. 

Baca Juga: Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta Belum Pasti Kok, Pemerintah Turki yang Putuskan

Bahkan Wakil Ketua MUI Anwar Abbas menyebut Ataturk sebagai tokoh yang memiliki pemikiran menyesatkan. 

"Jadi Mustafa Kemal Ataturk ini adalah seorang tokoh, yang kalau dilihat dari fatwa MUI, adalah orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan. Oleh karena itu, kalau pemerintah Indonesia akan tetap menghormatinya dengan mengabadikan namanya menjadi nama salah satu jalan di Ibu Kota Jakarta, hal demikian jelas akan sangat-sangat menyakiti hati umat Islam," ujarnya. 

Anwar juga mengatakan Ataturk dinilai banyak melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an dan Assunnah.

Sementara Ketua DPW PKS DKI Jakarta Khoirudin menilai Ataturk sebagai rokoh diktator.

“Sangat diktator, dia juga membuat kebijakan mengubah masjid Hagia Sofia menjadi museum, mengganti azan berbahasa arab dengan bahasa lokal, melarang jilbab dipakai di sekolah, kantor-kantor yang bersifat kepemerintahan,” ujarnya.

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU