> >

Waspada Dampak La Nina, BMKG: Mulai dari Longsor, Banjir hingga Angin Puting Beliung

Peristiwa | 18 Oktober 2021, 18:41 WIB
Ilustrasi dampak fenomena La Nina berupa bencana hidrometeorologi. Warga melihat kondisi lokasi tanah longsor dan banjir bandang di Kampung Suruluk, Desa Wangunjaya, Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). (Sumber: Kompastv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta seluruh pihak untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi yang akan terjadi selama La Nina.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kewaspadaan perlu dilakukan karena La Nina kerap memicu bencana, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, hingga angin puting beliung.

Hal tersebut bisa terjadi lantaran La Nina pasti akan diiringi dengan meningkatnya curah hujan. Tahun ini diprakirakan peningkatan curah hujan mulai dari 50 milimeter hingga lebih dari 150 milimeter.

"Dengan adanya peningkatan curah hujan di periode tersebut, maka kami meminta seluruh pihak perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dari potensi lanjut curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Senin (18/10/2021).

Baca Juga: Waspada La Nina! BMKG Sebut Curah Hujan di Indonesia Akan Terus Meningkat Hingga Februari 2022

Berdasarkan pantauan BMKG, pada dasarian tiga Oktober hingga dasarian dua November, wilayah yang perlu waspada terhadap curah hujan ekstrem hingga lebih dari 150 milimeter, yakni Papua Tengah.

Mantan rektor UGM ini menyebut, pada tiap dasariannya, curah hujan ekstrem di Papua Tengah akan terus meluas.

"Papua akan mengalami hujan ekstrem yang akan semakin terus meluas mulai dari dasarian tiga Oktober, dasarian satu November, dan dasarian dua November," jelasnya.

Tak hanya Papua, hujan ekstrem juga akan terjadi di sebagian Kalimantan Barat dan Aceh.

Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan bahwa dampak bencana hidrometeorologi sangat dipengaruhi oleh kondisi alam di wilayah, bukan hanya dari besar kecilnya intensitas curah hujan.

Menurutnya, curah hujan yang berkisar di angka 20 persen akan punya dampak serius apabila turun di wilayah yang lahan terbukanya rusak.

"Dampak bencana hidrometerologi dipengaruhi oleh kondisi lahan yang semakin lama berkurang atau rusak. Meskipun peningkatan curah hujannya hanya 20 persen, tapi dampaknya bisa sangat serius. Tidak hanya sebatas jumlah curah hujan, tapi bagaimana kondisi lingkungannya," pungkasnya.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG 18 Oktober 2021: 27 Wilayah Ini Waspada Cuaca Ekstrem

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU