> >

Pakar: Jangan Izinkan Anak Masuk Sekolah, Apabila di Rumah Ada yang Sakit dengan Gejala Covid-19

Update corona | 24 September 2021, 09:04 WIB
Windhu Purnomo, pakar epidemiologi Universitas Airlangga menyebut jika ada anak atau anggota keluarga di rumah sakit yang mengarah pada gejala Covid-19 meskipun belum tes, maka jangan ada anggota keluarga yang masuk sekolah. (Sumber: unair.ac.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, menyatakan hal yang bisa mencegah terjadinya penularan Covid-19 di sekolah, yaitu keterlibatan orang tua dalam memperhatikan kesehatan terhadap anak dan anggota keluarga di rumah.

"Orang tua harus memantau setiap hari adakah gejala atau tanda baik yang dialami anak maupun anggota keluarga yang mengarah ke Covid-19," kata Windhu dalam program Kompas TV 'Sapa Indonesia Pagi, Jumat (24/9/2021).

Menurut Windhu, apabila anak atau anggota keluarga di rumah ada yang mengalami sakit dengan gejala yang mengarah pada Covid-19, maka dengan tegas orang tua tidak boleh mengizinkan anaknya untuk mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah. Meskipun belum melakukan tes Antigen atau PCR.

Hal tersebut penting menjadi catatan orang tua sebab dengan begitu dapat mencegah klaster Covid-19 di sekolah. Bahkan mencegah orang-orang yang ada di sekolah tertular sakit yang mengarah ke Covid-19.

"Jika ada tanda atau gejala baik itu anak atau anggota keluarga yang mengarah ke Covid-19 meskipun belum di tes, maka jangan ada anggota keluarga yang masuk sekolah karena itu akan melindungi sekolah juga orang-orang yang ada di sekolah," tegas Windhu.

Baca Juga: Muncul Klaster Sekolah, Satgas Covid-19 Minta PTM Utamakan Keselamatan Peserta Didik

Diberitakan sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas harus mengedepankan kesehatan dan keselamatan peserta didik. 

Hal ini terkait dengan adanya sejumlah sekolah yang menimbulkan klaster penularan Covid-19 selama PTM dilakukan.

Wiku menuturkan berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) terdapat 2,77 persen sekolah yang menimbulkan klaster baru Covid-19 selama PTM terbatas diterapkan.

"Menurut data per 23 September, dari 47.033 sekolah yang disurvei hanya 2,77 persen sekolah yang menimbulkan klaster kasus (Covid-19) selama PTM dilakukan," ungkapnya. 

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU