> >

Misteri Ribuan Burung Pipit Mati Berjatuhan di Bali dan Cirebon, Ini Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Peristiwa | 17 September 2021, 21:43 WIB
Uji laboratorium mencoba mengungkap misteri burung-burung pipit mati secara massal di Cirebon, Jawa Barat dan Gianyar, Bali. (Sumber: Kompas.com)

GIANYAR, KOMPAS.TV - Peristiwa ribuan burung pipit berjatuhan dan mati di Gianyar, Bali dan Cirebon, Jawa Barat membuat geger masyarakat. Uji laboratorium dilakukan untuk mengungkap misteri kematian massal burung pipit itu.

Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar telah menyerahkan hasil uji laboratorium itu pada Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Kabupaten Gianyar.

BBVet Denpasar melakukan pemeriksaan menggunakan metode uji hispatologi pada bangkai burung pipit yang berjatuhan.

Perlu diketahui, hispatologi adalah pemeriksaan untuk melihat perubahan morfologi (bentuk) sel dan jaringan.

Baca Juga: Tak Hanya di Bali, Kini Fenomena Ratusan Burung Pipit Mati Mendadak Terjadi di Cirebon

Hasil uji laboratorium itu menunjukkan burung pipit yang mati secara massal di Gianyar tidak terjangkit penyakit.

"Kematian burung-burung tersebut tidak mengarah pada penyakit infeksius," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka, Jumat (17/9/2021).

Santiarka menjelaskan, penyakit infeksius bisa disebabkan serangan mikroorganisme berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Sementara, pemeriksaan di laboratorium menunjukkan ribuang burung itu tidak mati karena serangan bakteri, virus, hingga parasit.

"Artinya kematian itu tidak disebabkan oleh mikroorganisme," ujar Santiarka.

BBVet juga melakukan pengujian dengan tes polymerase chain reaction (PCR) untuk Newcastle Disease (ND). Hasilnya, kawanan pipit itu tidak terdeteksi terjangkit penyakit flu burung.

Di tempat lain, Balai Kesehatan Hewan dan Kemasvet di Losari, Subang juga memeriksa bangkai burung pipit yang mati secara massal di Balai Kota Cirebon pada 14 September 2021.

Pemeriksaan ini bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Cirebon, Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat, dan DKPP Jabar.

Hasil pemeriksaan itu menunjukkan, bangkai pipit di Cirebon juga tidak terjangkit flu burung.

Baca Juga: Hebat! Banyak Tirukan Kosa Kata Burung Beo Ini Dapat Rekor MURI

“Hasil PCR untuk influenza ND negatif. Dari uji patolog, ada pendarahan pada kepala kemungkinan akibat jatuh dari pohon. Kemudian pada organ dalam tidak menunjukkan ada perubahan,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat (DKPP Jabar) Jafar Ismail kepada awak media

Penyebab Burung Pipit Mati Massal

Santiarka menduga, ribuang burung pipit berjatuhan dan mati massal kemungkinan karena beberapa penyebab. 

Ia menduga burung yang bertengger di pohon tidak kuat menghadapi asam hujan. Hujan yang lebat tersebut membuat burung-burung tersebut kekurangan oksigen.

"Kayak kita berenang terlalu banyak air, kita kan jadi sulit bernapas karena kekurangan O2. Karena hujan lebat dia kan, terguyur air banyak sekali. Di samping itu juga kemungkinan juga bisa matinya karena habis makan-makanan yang beracun," ujar Santiarka.

Sementara, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Ammy Nurwati pernah melontarkan dugaan terkait cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.

"Di sekitar Kota Cirebon sudah mulai memasuki musim penghujan dan dalam tiga hari ini Kota Cirebon turun hujan. Terakhir pada malam kejadian sampai sore hari Kota Cirebon sedang diguyur hujan cukup besar," kata Ammy, Selasa (14/9/2021).

Dugaan Ammy mengingat sifat burung pipit yang lebih menyukai cuaca hangat dan rentan dengan cuaca yang terlalu dingin.

Baca Juga: Fenomena Burung Mati di Cirebon Diduga Karena Perubahan Iklim

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV/Kompascom


TERBARU