> >

Jurus Antisipasi Bencana Akibat Hujat Lebat dengan Angin Kencang dari Pakar Iklim UGM

Peristiwa | 15 September 2021, 18:40 WIB
Prediksi BMKG soal potensi hujan lebat dengan angin kencang membuat pakar klimatologi UGM Emilya Nurjani angkat bicara. (Sumber: istimewa)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Meteorologi, Geofisika dan Klimatologi (BMKG) memprediksi potensi hujan lebat disertai petir atau angin kencang di 27 provinsi di Indonesia pada 13 sampai 20 September 2021. Prediksi ini membuat pakar klimatologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Emilya Nurjani angkat bicara.

Ia memaparkan dua upaya mitigasi yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi dampak tersebut. Pertama, mitigasi  struktural dan kedua, mitigasi non-struktural.

“ Mitigasi struktural merupakan langkah pengurangan risiko bencana melalui rekayasa teknis bangunan tahan bencana,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (15/9/2021).

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Hujan Lebat, Drainase Air Meluap Picu Banjir di Kota Ternate

Menurut Emilya, sejumlah upaya mitigasi struktural yang bisa diambil menghadapi kerentanan bencana yang mungkin muncul akibat hujan lebat antara lain membersihkan sampah yang ada di selokan, sungai maupun tubuh airnya untuk meningkatkan volume tangkapan sungai saat hujan, memperbaiki tanggul baik tanggul beton atau tanggul alam sungai agar debit air sungai tidak meluap, memperbaiki pintu air bendung untuk pengaliran ke saluran irigasi, serta memperkuat zona perakaran tanaman di tebing bukit.

Sementara, upaya mitigasi non-struktural yang dimaksud  berkaitan dengan kebijakan atau peraturan tertentu. Teknisnya, bisa dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat secara bersama-sama terkait potensi bencana yang mungkin terjadi saat hujan lebat.

Lalu, pemberdayaan masyarakat sebagai relawan, regulasi dan peraturan untuk mitigasi dan adaptasi bencana.

Ia juga merekomendasikan langkah-langkah yang harus disiapkan untuk mengantisipasi bencana akibat hujan lebat. Salah satunya, regulasi atau peraturan (SOP) yang menyangkut tugas yang harus dilakukan dan di wilayah mana, termasuk sumber pendanaan.

Selanjutnya, sosialisasi kepada masyarakat setempat yang memiliki potensi terdampak ataupun tidak untuk lebih peduli terhadap upaya mitigasi dan adaptasi.

“Pemerintah perlu membangun teknologi untuk mitigasi dan adaptasi karena dengan peningkatan kapasitas maka risiko bencana akan berkurang,” ucap dosen Fakultas Geografi UGM ini.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU